UKM di Pelosok Harus Dilibatkan Agar Target Indonesia Menjadi Leader e-Commerce Tercapai

e2eCommerce Indonesia

Meski e-Commerce di Indonesia seperti Tokopedia, Blibli, Bukalapak, Kaskus dan lainnya sudah besar bukan berarti UKM di Indonesia sudah maju. Masih banyak UKM dipelosok negeri yang ternyata belum mampu menjadi anggota e-Commerce. Karena keterbatasan fasilitas, jangankan internet yang sulit diakses listrik pun tak ada.

Ada pula yang sudah ada akses internet namun gagap teknologi sehingga tak mengerti bagaimana cara bergabung disana. Atau berjualan online pribadi. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa memang ada ketimpangan antara UKM di kota-kota besar dengan UKM yang berada di daerah. eCommerce kita bisa menjadi leader di Asia jika semua ikut dilibatkan termasuk UKM yang ada dipelosok sana.

Hal tersebut disampaikan oleh Vice Chairman Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia, Budi Paryanto ketika menjadi pembicara dalam acara e2eCommerce (2/11) di Hotel Mulia Senayan. Dirinya pun berpendapat bahwa Indonesia memang bisa menjadi leader eCommerce di Asia jika semua pihak dilibatkan termasuk UKM yang berada di pedalaman sana.

Pemerintah pun harus memiliki peran yang lebih untuk memfasilitasi ini karena UKM sangat membutuhkan eCommerce untuk memasarkan produk mereka di era digital ini. Mereka perlu diajarkan agar tidak gaptek lagi.

Di acara yang sama staf Menteri Komunikasi dan Informatika, List Sutjiati mengatakan pemerintah akan terus mensuport para UKM dan eCommerce misalnya dengan rencana Roadmap E-Commerce, peningkatan penetrasi internet, program kebijakan 1000 startup di tahun 2020 dan broadband di Indonesia. Namun pemerintah pun tak bisa melakukan apa-apa tanpa didukung oleh semua pihak baik asosiasi, e-Commerce, UKM, industri dan akademisi.

Salah satu pihak yang berperan untuk menyukseskan mimpi ini adalah PT Omni eComm Expo yang telah berhasil mempertemukan antara industri, pemerintah, akademisi hingga komunitas dalam acara e2eCommerce. Baik dari Indonesia maupun negara-negara delegasi seperti Singapura, China, Jerman, Malaysia, Korea Selatan dan Amerika. Dengan pertemuan tersebut diharapkan bisa membuat perubahan di Indonesia. Jadi Indonesia bisa mempelajari bagaimana cara pemasaran mereka sehingga produk UKM mereka bisa masuk ke dalam negeri.

“Sehingga beberapa tahun yang akan datang bukan 80 persen lagi produk UKM luar negeri yang masuk ke Indonesia melainkan 80 persen produk UKM dalam negeri yang di ekspor ke luar negeri. Termasuk UKM-UKM yang berada di pedesaan sana,”harap Budi.