Orang terkaya di Indonesia 2017 masih terdapat beberapa nama konglomerat Indonesia yang masih bertengger di daftar 500 orang terkaya. Hartono bersuadara, Chairul Tanjung dan Sri Prakash Lohia adalah konglomerat yang berhasil menempati posisi tersebut.
Pada tahun ini, dari total 2.043 miliarder di seluruh dunia yang didata oleh Forbes sekitar 20 orangnya adalahdaftar pengusaha terkaya dari Indonesia. Jumlah tersebut menurun dari di tahun 2016 yang sebanyak 50 orang. Begitu juga dengan total kekayaan yang diraih oleh para milioner, di mana pada tahun lalu sebesar $99 miliar sedangkan tahun ini hanya mencapai $49.8 miliar atau setara dengan kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Koch. Apakah di tahun ini masih ditempati oleh konglomerat yang sama seperti tahun sebelumnnya? Ini dia 20 nama milioner Indonesia yang berhasil bertahan dan masuk di daftar orang terkaya 2017.
Deretan Daftar nama orang terkaya di Indonesia Terbaru
1. Robert Budi Hartono
Jumlah kekayaan yang dimilikinya sebesar US$9 miliar atau setara dengan Rp 117 triliun, sehingga dirinya dinobatkan sebagai orang terkaya nomor satu di Indonesia. Di jajaran orang terkaya dunia, ia pun berhasil menduduki posisi ke 140. Di tahun sebelumnya Hartono berada diurutan 131 dengan penghasilan sebesar US$8.1 miliar, yang artinya posisinya turun 9 peringkat dari tahun lalu namun kekayaannya bertambah di tahun ini.
Harta yang dimilikinya diperoleh dari perusahaan rokok milik Ayahnya yang dikelola bersama dengan Adiknya Michael. Selepas peninggalan sang Ayah Oei Wie Gwan, Michael dan Robert mengembangkan pabrik rokok Djarum dengan sejumlah inovasi. Berkat tangan dingin keduanya, pabrik Djarm menjadi satu-satunya perusahaan rokok yang perkembangannya sangat cepat. Bahkan tidak hanya bergelut di bisnis rokok, tapi merambah usaha lain, seperti perbankan, property, hingga bisnis online.
Baca juga ; Bisnis sampingan tahun 2018
Untuk industri rokok sendiri Robert dan Michael memiliki konsentrasi untuk mengembangkan binsis perpkebunan dan hutan tanaman industri (HTI). Dan melalui PT Hartono Plantation Indonesia, Grup Djarum memiliki kebun sawit yang sudah ditanami seluas 30.000 hektar di dua kabupaten, yaitu kabupaten Landak dan Kalimantan Barat. Tidak hanya kelapa sawit, Djarum juga mengembangkan HTI kayu di Kalimantan Timur dan memiliki lahan seluas 20.000 hektar yang sudah ditanami.
Bisnis selanjutnya yang tak kalah sukses adalah mengembangkan bisnis e-commerce. Melalui Blibli.com, Djarum mengucurkan dana lebih dari US$1 juta pertahun. Selain itu, Budi Hartono juga menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan perbankan yaitu BCA dengan mengusai 51% saham dari perusahaan, dan memiliki sejumlah properti di antaranya pemilik Grand Indonesia dan mall Daan Mogot, WTC Mangga Dua, perumahan Redinda di Karawang dan beberapa binis elektronik yang berada di bawah naungan Polytron.
2. Michael Hartono
Selain Robert, kerajaan Djarum Group juga dimiliki oleh Michael Hartono yang merupakan kaka dari Robert. Total kekayaan yang dimilikinya sebesar $8.9 miliar setara Rp 115.7 triliun yang menjadikannya menempati urutan ke 2 sedangkan di jajaran orang kaya dunia dirinya berada di urutan ke 145. Sama seperti adiknya, sumber kekayaannya diperoleh dari perusahaan keretek milik Ayahnya, binis property, elektronik, dan juga perbankan. Pria kelahiran 2 Oktober 1939 ini memulai mengelola perusahaan Djarum pada tahun 1963 setelah Ayahnya. Dibawah kepemimpianan Hartono bersaudara dendera Djarum sukses berkibar hingga ke luar negeri. Hingga sampai saat ini Djarum mendominasi pasar rokok kretek di Amerika Serikat.
3. Sri Prakash Lohia
Total kekayaan Sri Prasjash Lohia ditahun ini sebesar US$ 5.4 miliar atau setara Rp 70 triliun. Perolehan harta ini ia dapatkan dari perusahaan tekstil yang ia dirikan bersama Ayahnya, Indorama. Kini bisnisnya merambah ke bidang lainnya, seprti petrokimia pembangkit tenaga listrik membuat berbagai produk industri, termasuk polyethylene, polypropylene dan sarung tangan medis.
Pengusaha berkewarganagraan India-Indonesia ini pertama kali pindah ke Indonesia pada tahun 1973 dan membuaka perusahaan pertamanya yaitu Indorama Synthetics, penghasil benang pintal dengan fasilitas manufaktur di Purwakarta. Dalam kurun waktu tiga sampai empat tahun ia mengalami kesulitan membangun bisnisnya tersebut. Setelah melewati masa sulit, barulah bisnisnya mulai berkembang menjadi produsen benang besar di Indonesia. Dari bahan baku tekstil hingga menyediakan fasilitas manufaktur yang tersebar di seluruh Indonesia, Uzbekistan dan Thailand.
Dan pada pertengahan 1990, Sri Prakash Lohia meningkatkan bisnisnya dnegan mulai memproduksi polyethylene terephthalate (PET), yang digunakan untuk mpembuatan botol plastik minuman termasuk Coke dan Pepsi. Di tahun yang sama adiknya pun membangun perusahaan PET manufaktir, Indorema Ventures di Thailand. Dan mereka berdua memutuskan untuk menggabungkan bisnis PET mereka. Saat ini, Indorama Ventures memiliki pendapatan tahunan US$8 miliar dan menjadi produsen terbesar kedua di dunia dari botol PET.
4. Chairul Tanjung
Di tahun ini jumlah kekayaan Chairul Tanjung turun dari tahun kemarin, dengan perolehan dari US$4.9 menjadi US$4.6. Sehingga membuatnya berada di urutan ke empat di dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Si Anak Singkong ini dikenal dengan kepiawaiannya mengelola binsis keuangan, properti dan multimedia. Kini dengan perusahaan konglomerasi miliknya CT Crop, ia memiliki cukup banyak anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank Mega, CT Global Resources.
Konsentrasi bisnis yang saat ini sedang dilakukan oleh Chariul Tanjung adalah mengembangkan bisnis di bidang retail di mana ia membeli sebagian saham dari Carrefour Indonesia dan membuat brand baru Transmart Carrefour. Di mana di bawah naungan groupnya juga mengontrol perusahaan franchise Wendy’s, franchise Jimmy Choo, Versace, dan Mango, selain itu juga mendirikan pusat hiburan Trans Studio di bawah naungan perusahaan CT Corp.
5. Dato Sri Tahir
Dato Sri Tahir atau yang akrab dipanggil Tahir lahir di Surabaya pada 26 Maret 1952. Tahir memulai kiprahnya di dunia usaha dengan merintis bisnis garmen yang kini menjadi industri garmen paling besar di Indonesia. Dari Garmen, ia merambah ke bisnis lain, yang dimulainya dengan membangun Mayapada Group merupakan holding company yang memiliki beberapa unit usaha, meliputi media cetak, Tv berbayar, properti, daler mobil, perbankan bahkan sampai ke bidang kesehatan. Pada ranah media Tahir mendirikan Forbes Indonesia.
Mental wirausahawan Tahir sebenarnya tumbuh pada saat ia mengelola bisnis Ayahnya. Bukan perusahaan besar seperti konglomerat kebanyakan tapi bisnis becak. Di usia yang masih terbilang muda, ia mlajutkan bisnis tersebut dan memutuskan untuk berhenti kuliah. Namun pada usia 20 tahun, ia mendapat beasiswa di sekolah bisnis di Universitas Teknologi Nanyang, Singapura. Selama menempuh studi, Tahir memanfaatkan waktunya mencari produk Singapur untuk dijual kembali ke Surabaya. Berbekal dari pengalamannya ini lah, ia mendapatkan ide kapitalisasu produk impor. Dan awal bisnis garmen digelutinya pada umur 35 tahun.
Tidak hanya sukses dalam dunia bisnis, pria yang sempat bercita-cita sebagai dokter ini juga termasuk orang yang memiliki rasa peduli yang besar. Melalui rumah sakit Mayapada yang berlokasi di Tanggerang, Jakarta Selatan Tahir memberikan akses pelayanan kesehatan bagi anak dan orang tua tidak mampu.
Selain itu, Tahir juga rajin memberikan sumbangan untuk beberapa kegiatan amal. Bahkan di tahun 2015 Tahir dan pengusaha serta filantropis terkenal, Bill Gates menyumbangkan US$ 1 miliar dolar. Dana amal yang mereka kumpulkan dipakai 75 % untuk penanggulangan HIV, TBC, Malaria dan program keluarga berencana. Sisanya untuk penanggulangan polio di negara Pakistan, Nigeria dan Afganistan.
Di tahun ini total kekayaan yang dimiliki Tahir sebesar US$2.8 miliar atau setara dengan Rp 36.4 triliun. Sehingga membuatnya berada di urutan ke 5 orang terkaya di Indonesia.
6. Murdaya Poo
Murdaya Widyawimarta Poo adalah pemilik bisnis properti Jakarta Internasional Expo atau yang biasa kita kenal dengan JIExpo. Murdaya mendirikan perusahan bernama Central Cipta Mudrdaya (Berca Group), sebuah grup usaha yang bergerak di berbagai sektor, mulai dari kelistrikan, perdagangan, properti, infrastruktur, manufaktur, agrobisnis, permesinan, teknologi informasi dan juga kehutanan. Dari bisnis-binsinya tersebut kekayaan yang diperolehnya tahun ini sebanyak US$2.1 miliar atau setara dengan Rp 27.3 triliun.
Pria kelahiran Blitar pada tanggal 12 Januari 1946 ini mengawali karirnya pada usia muda yang dimulainya dengan menjadi loper koran. Kemudian pada tahun 1972 ia baru memulai bisnisnya di bidang kontraktor dengan modal koneksi yang ia miliki. Dari bisnis inilah dirinya menjadi sukses karena pasalnya pada era tersebut binis kontraktor masih sangat jarang, bahkan hanya dia. Lama kelamaan bisnisnya makin berkembang dan meluas hingga ia memutuskan untuk mendirikan perusahaan Central Cipta Murdaya Group pada tahun 1992.
Selain jadi pengusaha Murdaya juga sempat mencoba ranah politik dengan menjadi anggota legislatif. Murdaya terdaftar sebagai anggota legislatif DPR pada priode 2004 hingga 2009. Sebelum menjadi anggota legislatif, dirinya juga sempat menduduki posisi bendahara dan pimpinan cabang PDIP.
7. Theodore Rachmat
Pria bernama lengkap Theodore Pernadi Rachmat atau yang akrab disapa dengan Teddy Rachmat adalah salah satu orang di balik suksesnya Astra Group. Perusahaan tersebut merupakan bisnis “warisan” dari sang Paman William Soeryadjaya. Teddy mengawali kariernya di perusahaan milik pamanannya tersebut pada tahun 1968. Pada mulanya jabatan yang diemban bukan presiden direktur atau manager, melainkan sales. Setelah 4 tahun berjalan, ia dipercaya untuk mengelola United Tractor sebuah anak perusahaan Astra Group. Sepanjang perjalanan kariernya Teddy dianggap memberikan kontribusi yang sangat besar untuk perusahaan Pamannya, sehingga membawanya meraih jabatan sebagai presiden direktur.
Bekal pengalamannya di Astra ia mencoba peruntungannya sendiri dengan merintis perusahaan Triputra Grup pada tahun 1998 dan meninggalkan Astra demi menjalankan bisnis sendiri. Perusahaannya bergerak di bidang batubara, agroindustry, manufaktur, dan dealership motor. Dari bisnisnya ini ia berhasil memperoleh harta sebanyak US$1.9 miliar atau setara dengan Rp 24.8 triliun, sehingga mengantarkan dirinya masuk ke dalam daftar 10 besar orang terkaya di Indonesia yang tepatnya berada di urutan ke 7. Besar kekayaannya ini naik dari tahun sebelumnya yaitu dari US$1.4 hingga US$1.9.
8. Mochtar Riady
Pendiri perusahaan Lippo Group ini dinobatkan sebagai orang kaya ke 8 di Indonesia dengan total kekayaan sebanyak US$1.9 miliar atau setara Rp 24.7 triliun. Pengusaha berumur 88 tahun ini adanak dari seorang pedagang batik bernama Liapi dan ibu bernama Sibelau. Kedua orangtuanya berasal dari Fujian yang merantau ke Malang pada tahun 1918.
Sejak kecil Mochtar bercita-cita menjadi banker. Cita-citannya berhasil ia capai pada tahun 1950 kala itu ia diberi kesempatan untuk mengurus sebuah bank yang sedang bermasalah. Satu tahun ia kelola, bank tersebut mengalami kemajuan. Padahal awalnya ia tidak memiliki pengalaman dalam dunia perbankan. Namun berkat dedikasinya dan kemaunannya yang keras mengantarkannya menjadi banker tersukses.
Berkat pengalamannya itu, ia berhasil bekerja di beberapa bank lainnya dan akhirnya mendirikan perusahaan perbankan sendiri ditahun 1950. Perusahaan tersbeut berkembang sehingga memiliki lebih dari 50 anak perusahaan. Selain itu, Mochtar juga membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia dan memiliki share saham sebesar 17.5 persen.
9. Prajogo Pangestu
Di urutan ke 9 ada pengusaha Prajogo Pangesto dengan penghasilan sebanyak US$ 1.8 miliar setara dengan Rp 23.4 triliun. Prajogo adalah pendiri Barito Group yang memulai kariernya dari supir angkot. Pahit dan asam kehidupan sudah pasti pernah ia lalui hingga pada akhirnya dirinya berhasil menjadi orang terkaya di Indonesia. Lahir dengan nama Phang Djoem Phen di Sambas, Kalimantan barat pada tahun 1944 terlahir di tengah keluarga miskin sehingga mengharuskan dirinya hanya menamatkan sekolah sampai tingkat menengah pertama.
Tekadnya untuk mengubah nasib, menuntunnya untuk mengadu nasip di Jakarta. Namun malang di Jakarta ia juga tidak kunjung mendapatkan pekerjaan sehingga harus kembali ke Kalimantan dan bekerja menjadi supir angkot. Saat menjadi supir angkutan lah malah nasipnya mujur menghampirinya. Pada saat itu, Ia mengenal pengusaha kayu asal Malaysia, Bong Sun On alias Burhan Uray. Pada tahun 1969 ia diberi kesempatan untuk bergabung diperusahaannya PT Djajanti Group.
Setelah 7 tahun bekerja, Burhan memberikan jabatan General Manager (GM) pabrik Plywood Nusantara di gersik, Jwaa Timur kepada dirinya. Namun selesai sitahun pertama Prajogo menyatakan berhenti untuk memulai bisnis sendiri dengan membeli CV Pasific Lumber Coy, yang sedang mengalami kesulitan finansial.
Dalam Perjalanan bisnisnya, Prajogo mengganti nama Pasific Lumber Coy, menjadi PT Barito Pacific. Bisnisnya ini terus meningkat bahkan sempat bekerja sama dnegan anak-anak presiden Soeharto saaat itu. Kemudian ia melebarkan bisnisnya dengan merambah ke beberapa bidang seperti petrokimia, minyak sawit mentah, properti, perkayuan. Ditahun ini, total kekayaan yang dimilikinya meningkat tajam, hal ini dikarekan meningkatnya saham PT Barito Pacific Tbk yang melonjak nyaris 1.000%.
10. Peter Sondakh
Pengusaha yang lahir di Manado, 23 Juli 1953 ini berada di urutan ke 10 di jajaran orang terkaya di Indonesia. Bersama perusahan yang didirikannya yaitu PT Rajawali ia sukses mengembangkan berbagai berbagai bidang bisnis, seperti perhotelan, rokok, gedung perkantoran, telekomunikasi dan media, retail, farmasi, parawisata hingga transportasi. Bakat bisnisnya ini didapatkan dari sang Ayah, pada usia 20 tahun ia mulai bergabung menjalankan minyak kelapa dan kayu milik ayahnya. Sepeninggal ayahnya, Peter harus mengelola bisnis tersebut untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya.
Ditangannya lah perusahan Rajawali dberkembang hingga memiliki anak perusahaan. Peter juga berhasil menggandeng putra Soeharto yaitu Bambang Trihatmodjo untuk membangun Drand Hyatt di Jakarta yang kemudian menjadi Jaringan televisi swasta yang pertama di Indonesia, yaitu Rajawali Citra televisi Indonesia (RCTI).
Peter memperluas jaringan bisnisnya di bidang perhotelan dan mendirikan Sheraton di Indonesia yang berlokasi di Bali, Lampung, Bandung, Lombok, Kuala Lumpur dan Langkawi. Ditambah ia juga mengembangkan Hotel Saint Regis (Bali) dan Novotel (Lombok). Selanjutnya, Goup Rajawali makin kuat ketika membeli 24.9% saham Pt Semen Gersik senilai US$ 337 dari Cemex. Sedangkan dari sektor pertambangan, berhasil mengakuisisi 37% saham Archipelago Resources yang mengelola tambang emas seharga US$ 60 juta.
11. Ciputra
Di urutan ke 11 ada nama Ir Ciputra yang adalah seorang pengusaha properti yang sukses membangun perusahaan Jaya Group, Metropolitan Group dan Ciputra Group yang kemudian dikembangkan dengan menggabungkan perusahaan miliknya menjadi Ciputra Development untuk meningkatkan efesiensi dan likuiditas sehingga akan membuat Ciputra Development menjadi salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia dengan proyek-proyek di 33 kota. Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung. Perusahan Daya Cipta didirikannya bersama kedua teman kuliahnya, Ismail Sofyan dan Budi Brasali pada tahun 1957. Aset kekayaan yang dimilikinya tahun ini sebanyak US$1.6 miliar atau setara Rp 20.8 triliun.
12. Martua Sitorus
Martua Sitorus alias Thio Seeng Haap adalah pengusaha lulusan HKBP Nomensen Medan yang merintis kariernya sebagai pedagang udang. Kemudian ia merambah ke sektor perkebunan kelapa sawit bernama Wilmar Internasional. Wilmar dikabarkan juga bekerja sama dengan perusahaan AS, Kellogg untuk menjual makanan di China dan mengakuisisi perusahaan tambang batu bara di Australia yaitu Whiten Coal Ltd. Ia juga memiliki bisnis properti bersama saudaranya Ganda, dan mendirikan Gamaland yang dirancang sebagai sayap properti dari Gama Corporation. Dengan Gamaland ia memiliki Gama Tower, di mana gedung tersebut adalah gedung tertinggi di Indonesia. Untuk total kekayaan yang diperolehnya tahun ini sebanyak US$1.5 miliar atau setara dengan Rp 19.5 triliun.
13. Sukanto Tanoto
Sukanto Tanoto memiliki perusahaan konglomerat Royal Golden Eagle (RGE) yang memiliki total aset lebih dari US$ 15 miliar, yang meilputi empat area bisnis utama yaitu pulp dan kertas (APRIL), agro industri (Asian Agri), dissolving wood pulp dan viscose staple fibre (Sateri Holding Limited) serta pengembangan sumber daya energy (Pacific Oli & Gas). Sukanto Tanoto pengusaha otodidak dan tidak menyelesaikan pendidikan formal karena pada usia 17 tahun ia memutuskan untuk memulai bisnisnya sendiri pada saat itu. Ia juga mengaku kemampuan berbahasa Inggrisnya diasah dengan hanya membaca majalah berbaha inggris seperti Reader’s Digest, Life dan Newsweek.
14. Eddy Kusnadi Sariaatmadja
Pria kelahiran 11 Desember 1963 ini dinyatakan sebagai orang terkaya ke 14 dengan total harta sebanyak US$1.4 miliar atau setara dengan Rp 18.2 triliun. Melalui perusahaan Elang Mahkota Teknologi atau yang lebih dikenal dengan Emtek, ia mendirikan dan mengelola 3 stasiun televisi, yang meliputi SCTV, Indosiar dan O Channel. Pada bulan Juni 2016, melalui anak perusahaannya Creative Media Works, ia membeli lisensi BlackBerry Messenger sebesar US$ 208 milliar. Baru-baru ini Eddy telah menjual sebanyak 392.78 juta lembar saham EMTK. Jumlah tersebut setara dnegan 6.96% dari total saham perseroan.
15. Djoko Susanto
Di urutan ke 15 ada Djoko susato dengan harta sebesar US$ 1.3 miliar atau setara dengan Rp 16.9 triliun. Konglomerat ini memulai bisnisnya di bidang retail melalui perusahaan nya Alfamart Group. Djoko tidak pernah menamatkan pendidikan formalnya karena namun pada usia 17 tahun ia sudah dipercaya untuk mengurus toko kelontong milik orang tuanya.
Di warung milik orang tuannya itu, ia menonjolkan produk rokok sehingga berhasil menarik perhatian taipan rokok kretek Putera Sampoerna. Mulai dari sana, mereka membangun bisnis ritel dan supermarket. Saat Putera menjual binisnya kepada Altria di tahun 2005, Susanto membeli bisnisretail dan mengubahnya menjadi Alfa Supermarket.
16. Soegiarto Adikoesoemo
Di usianya yang ke 78 Soegiarto tetap mampu masuk ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Peolehan harta yang dimilikinya sebesar US$1.2 miliar atau setara dengan Rp 15.6 triliun. Karier bisnisnya dimulai dengan mendirikan group perusahaan AKR Corporindo yang bergerak di bidang chemicals trader di tahun 1960. Perusahaan ini didaftarkan dalam bursa saham Indonesia pada tahun 1994 dan kini perusahaan tersebut terlibat dalam perdagangan minyak bumi dan distribusi, jasa logistik serta manufaktur kimia. Pada November 2016, AKR Corporindo dan perusahaan minyak dan gas di Inggris BP mengumumkan untuk membuat sebuah joint venture bahan bakar penerbangan.
17. Husain Djojonegoro
Bila Anda akrab dengan produk ABC, inilah orang yang ada dibalik merek tersebut. Husain Djojonegoro masuk sebagai orang kaya nomor 17 setelah Soegiarto dengan perolehan harta sebesar US$1.2 miliar atau sekitar Rp 15.6 triliun. Husain Djojonegoro dan kedua saudaranya mengelola perusahaan konglomerat ABC Group, di mana perusahaan tersebut pertama kali dirintis oleh ayahnya pada 1948. Dengan paying perusahaan tersebut ada beberapa perusahaan anakan meliputi Orang Tua Group produsen wafer Tango, pasta gigi, anggur herbal orang tua serta dan perusahaan Intercallin yang memperoduksi batre ABC
18. Harjo Sutanto
Di urutan ke 18 ada nama Harjo Sutanto dengan total harta sebesar US$1.2 miliar atau Rp 15.6 triliun. Harjo Sutanto memulai kariernya dengan bekerja di perusahaan Johannes Ferdinand Katuari, dengan menjadi seles sabun door-to-door. Kini ia mendirikan peusahaan Wings Group, di mana menjadi salah satu brand yang terkenal di Indonesia dan menjual berbagai macam produk untuk konsumen. Melalui perusahaan tersebut Harjo Sutanto juga mendirikan perusahaan franchise retail di Jepang bernama FamilyMart.
19. Hary Tanoesoedibjo
Nama yang satu ini tentu sangat akrab, Hary Tanoesoedibjo yang dikenal sebagai pemilik perusahaan multimedia MNC berada di urutan ke 19 dengan perolehan kekayaan sebesar US$1.1 atau setara dengan Rp 14.3 triliun. Murdaya Poo bukan satu-satunya pengusaha sukses yang masuk ke ranah politik, pria yang akrab disapa Hary Tano ini juga mencicipi dunia yang sama. Ia mendirikan partai politik Perindo pada tahun 2014.
Di dunia binis Hary Tanoesoedibjo adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup Bhakti Investama sejak tahun 2000an. Hary melalui perusahaannya banyak melakukan merger dan akuisisi, kemudian membentuk perusahaan Global Mediacom. Dia adalah CEO MNC Group yang memiliki sejumlah tv swasta, yakni RCTI, MNCTV, dan Global TV.
20. Alexander Tedja
Nama terakhir ada Alexander Tedja dengan perolehan kekayaan sebesar US$1 miliar atau setara dengan Rp 1.3 triliun. Alexander adalah pemilik dan pendiri perusahaan developer real estate Pakuwon Jati. melalui perusahaannya itu ia mendirikan mal terbesar di Surabaya bahkan Asia Tenggara, Tunjungan Plaza pada tahun 1986. Alexander juga membangun Menara Madniri pada tahun 1991, Pakuwon City, Sheraton Surabaya Hotel dan Tower dan beberpa jaringan perumahan elit di daerah timur danm barat Surabaya.