Bisnis Es Krim Goreng, Bisnis Khayalan yang Menguntungkan

bisnis es krim goreng

Siapa yang tak tertawa bila ada yang menawarkan sebuah usaha untuk bisnis es krim goreng. Mustahil bukan? Karena es krim identik dengan sesuatu yang dibekukan di lemari es bukan justru di goreng dalam minyak panas. Seperti khayalan bukan es yang akan digoreng? Namun ternyata tidak es krim goreng bukanlah bisnis yang khayalan, karena ini perpaduan antara roti yang digoreng dipadukan dengan es krim yang sudah beku kemudian dipanaskan dipenggorengan beberapa menit. Makanya dinamakan es krim goreng. Dan meski sudah digoreng es krim tak akan lumer di dalam roti.

Adalah Meta, orang pertama yang mencetus bisnis khayalan es krim goreng ini. Sejak tahun 2010, ia mulai menawarkan dari orang ke orang. Meski pertama-tama ditertawakan karena dari namanya saja orang tak percaya bahwa ada es krim digoreng. Namun ternyata bisnis Es Krim Goreng ini justru menguntungkan, perlahan-lahan orang mulai mencarinya. Biasanya mereka membeli karena rasa penasaran.

Melihat respon yang baik dari mayarakat Meta pun menawarkan kerjasama investasi kepada masyarakat. Dengan modal Rp 12,5 juta mereka sudah bisa memiliki bisnis es Krim Goreng dengan 9 jenis rasa yaitu rasa stawberry, coklat, durian, Mr black (coklat dan oreo), vanilla, neopolitan (perpaduan 3 rasa vanilla, cokelat, stawberry), orange dan mocca. Yang bisa dijual dengan harga Rp 9000/porsi. Selain itu tersedia juga topping seperti oreo, parutan keju, dan saus cokelat. Banyak pilihan yang ezat.

Baca Juga artikel: Tentang solusi mesin pembuat es krim dan yoghurt

Ikut Bergabung Bisnis Es Krim Goreng

Jika kita tertarik dalam berinvestasi maka akan didapatkan paket peralatan untuk menggoreng dan satu buah freezer untuk ukuran 150 liter. Selain itu akan didapatkan bahan baku awal hingga pelatihan kepada para karyawan untuk memberikan standarisasi produk dan pelayanan kepada masyarakat. Kini Ice Cream Polariz telah mempunyai  20 outlet  yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia  seperti Jabodetabek, Karawang, Cirebon dan Bangka yang mampu menghasilkan 5 sampai 16 juta rupiah tiap bulannya atau sekitar 500 sampai 600 ribu tiap harinya.