Post Power Syndrome muncul saat masa pasca pensiun

Bekerja merupakan suatu keharusan bagi beberapa orang untuk memenuhi biaya kebutuhan hidup sehari – hari. Bekerja juga bisa berarti membuat anda menjadi orang yang dihargai dan merasa bahagia.

Salah satu gejala yang dialami oleh para pensiun adalah mengalami post power syndrome yaitu seseorang yang semula merasa hebat tetapi secara tiba – tiba kehilangan semuanya. Orang yang tidak bisa menerima hidupnya atau sering juga disebut syndrome pensiun.

Apabila mengalami gejala sindrom ini, Anda akan cenderung dibayangi oleh masa lalu yang jaya yang bisa bersangkutan dengan karir atau pencapaian saat masih berkarir. Akan muncul pula kecenderungan untuk kesulitan menerima kenyataan yang ada bahwa Anda telah pensiun dan tidak lagi memiliki jabatan atau tanggung jawab yang membuat Anda berjaya tersebut.

Post Power Syndrome (PPS) bukan diartikan sebagai kekuasaan atau pekerjaan, melainkan dikonotasikan sebagai sosok yang tadinya aktif memiki banyak kegiatan, mendadak hilang semua hingga merasa tidak nyaman.

Seperti dikutip dari kompasiana, orang yang rentan terkena PPS adalah:

  1. Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain. Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
  2. Orang-orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh orang lain.
  3. Orang-orang  yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang lain. Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu segala- galanya atau merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya.
  4. Antara pria dan wanita, pria lebih rentan terhadap post power sindrome karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise, prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria.

Artinya orang yang mengalami post power syndrome adalah orang-orang yang tidak bisa menerima perubahan yang terjadi, dan perubahan itu terkait dengan kehilangan aktivitas, hilangnya jabatan atau kekuasaan ,  hilangnya harta, dan sebagainya.

Baca juga10 Peluang Usaha setelah pensiun yang menguntungkan

Sindrom ini biasanya muncul pasca pensiun atau PHK, menurunnya ketenaran seorang yang memiliki jabatan ‘tinggi’ atau orang yang memutuskan berhenti bekerja saat ia tengah berada pada posisi atau jabatan yang penting.

Sehingga muncul nya sindrom ini sehingga menjadi tanda kurang berhasilnya seseorang dalam menyesuaikan dirinya dengan kondisi baru. Pensiun atau purnabakti akan dialami oleh siapapun yang usianya melebihi batas yang telah ditentukan atau mereka yang sengaja menghentikan kegiatan rutinitasnya.

Masa itu akan datang, masa dimana seseorang akan mulai kehilangan teman kerja, teman beraktifitas, termasuk kehilangan kekuasaan dan kewenangan. Hal itu dapat menyebabkan post power syndrome muncul.

Dikutip dari alodokter menurut dr. Ciptanti Cahyaningrum gejala – gejala yang tampak pada seseorang dengan sindrom akan sangat mudah diketahui ketika penderita tersebut berinteraksi dengan orang lain. Beberapa hal yang menjadi gejala dari penyakit mental ringan ini adalah :

  • Gejala fisik berupa lebih cepat terjadinya penuaan dibanding ketika penderita masih aktif bekerja. Rambut lebih cepat beruban, berkeriput, pemurung, sakit-sakitan dan tubuh menjadi lemah.
  • Gejala emosi seperti menjadi cepat tersinggung, merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari lingkungan sosial atau bersembunyi, mudah depresi, putus asa dan gelisah
  • Gejala perilaku seperti malu bertemu orang lain, mudah melakukan pola-pola kekerasan, menunjukkan kemarahan baik dirumah atau tempat lain, agresif, dan suka menyerang

Kegiatan pacsa pensiun menjadi faktor penting untuk menghindari PPS

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro juga mengatakan dalam penelitian di tahun 2015 bahwa kehilangan peran dapat mengarahkan pada penurunan pandangan terhadap diri sendiri yang bisa berakibat pada hilangnya harga diri. Hilangnya harga diri ini menjadikan pensiunan merasa tidak percaya diri sebagaimana merupakan salah satu gejala sindrom pasca kekuasaan.

Demi menghindari hal ini, pensiun bisa melakukan kegiatan yang disukai saat waktu pensiun akan datang. Mengikuti kegiatan sosial atau organisasi dapat mencegah kemunduran fisik maupun psikis dari sindrom ini.

Bisanya suatu perusahaan menyediakan pelatihan MPP ( masa persiapan pensiun ) untuk para pegawai dan karyawan mereka yang sudah memasuki usia pensiun. Tujuan diadakannya MPP ini untuk mempersiapkan para pegawai secara mental, finansial, dan perencanaan masa depan mereka kelak.

Baca juga : Training Masa Persiapan Pensiun Siap Berwirausaha

Bertujuan juga untuk membangun semangat emosional pegawai yang akan pensiun agar selalu menjadi manusia yang bermanfaat walaupun dalam kondisi purna tugas ( keadaan setelah berakhir masa tugas ).

Dalam pelatihan MPP sendiri para pensiun akan dibimbing untuk lebih mempunyai sebuah aktivitas yang bermanfaat dan produktif, seperti bagaimana cara menyiapkan masa pensiun untuk berwirausaha. Membuka sebuah cafe , restaurant, catering rumahan atau lain sebagainya.

Para pensiun akan lebih dituntun untuk membuat sebuah usaha nya sendiri setelah masa purna nya tiba, membuat mereka agar lebih menjiwai sebagai seorang wirausaha. Menentukan produk atau jasa yang ingin mereka jalankan.

Pensiun bukan berarti masa kejayaan kalian hilang, ada banyak hal yang bisa dilakukan ketika masa pensiun itu tiba. Tidak semua orang siap untuk memasuki masa pensiun, apalagi mereka yang merupakan seorang workaholic atau gila bekerja. Jadi melakukan pelatihan MPP penting untuk menghindari seorang pensiun mengalami power post syndrome ini.