Aang Permana, Resign dari Perusahan Migas dengan Gaji Besar Hanya Untuk Buka Usaha Crispy Ikan di Kampungnya

Aang Permana, Pengusaha Crispy Ikan Sipetek

Jika kebanyakan anak muda bangga jika menjadi seorang pegawai di perusahaan migas dengan gaji puluhan juta rupiah. Apalagi bisa keliling Indonesia dan menikmati fasilitasi perusahaan dengan gratisnya. Namun tidak bagi Aang Permana, dia justru merasa bersalah karena menjadi kaya sendiri sementara orang di kampungnya justru banyak yang berada di bawah garis kemiskinan.

Ketika ditugasi ke salah satu daerah di Indonesia, dia merasa tertegun ketika ada daerah yang memanfaatkan kekayaan alamnya untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Mereka membuat semacam keripik ikan dan dijual di berbagai daerah. Usaha tersebut berhasil dan membuat sejahtera warganya.

Dari sanalah lulusan IPB ini memutuskan untuk resign saja dan membuka usaha di kampungnya. Apalagi di kampung ada banyak Ikan Sipetek yang kebanyakan terbuang atau hanya menjadi pakan bebek. Karena bau amis yang sangat menyengat membuat orang enggan untuk membelinya.

Aang pun merasa sayang jika tidak dimanfaatkan apalagi setelah diteliti oleh temannya ternyata memiliki kandungan kalsium dan protein yang cukup tinggi. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengolah ikan sipetek menjadi keripik crispy seperti olahan ikan yang pernah dia lihat dulu.

Keputusan Resign Membuat Keluarganya Kecewa

Keputusan Aang untuk keluar dari perusahaan yang telah menjamin hidupnya tentunya membuat keluarganya kecewa. Karena untuk masuk ke dalam perusahaan tersebut tidaklah mudah, hanya pemuda-pemuda terpilih yang mampu masuk ke perusahaan bonafide tersebut.

Apalagi perjalanan Aang untuk lulus kuliah tidak mudah. Sedari kecil Aang bersama keluarga berusaha keras agar Aang tak putus sekolah. Karena ketika Aang kecil, ayahnya di PHK dan akhirnya menjadi tukang ban sambil membuka toko kelontong. Agar Aang bisa sekolah harus menggunakan surat keterangan tidak mampu. Bahkan Aang tak pernah membeli buku sekolah. Dia selalu meminjam buku pada temannya dan mengerjakan tugasnya di rumah dan besoknya buku tersebut dikembalikan.

Aang pun tak main-main ketika mengenyam pendidikan, hingga dia bisa lulus menjadi wisudawan Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor. Dan ketika lulus langsung mendapatkan pekerjaan yang bonafit. Untuk ukuran seusianya yang masih muda bisa mendapatkan gaji yang besar.

Namun dia justru mengundurkan diri dan membuat keluarganya kecewa. “Cari kerja kan susah, sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus malah memilih seperti ini, ”keluh Nurhayati, Ibunda Aang.  Meski begitu sang ibu justru membantu Aang dalam berwirausaha.

Memulai dari Nol Lagi

Biasanya mengenakan baju kemeja, berdasi dan sepatu yang licin. Kemudian duduk manis di kantor ber AC atau bekerja sambil jalan-jalan ke berbagai daerah Nusantara namun kini tidak lagi. Dia justru harus menggunakan baju sehari-hari, memakai sandal dan berpanas ria ke waduk Cirata untuk mencari ikan sipetek.

Di awal Aang dibantu oleh ibunya untuk memasarkan keripik sipetek dari warung ke warung, dari toko ke toko. Akhirnya dia menjualnya sendiri Tak mudah memang apalagi kemasannya yang tak menarik. Namun lambat laun sudah banyak konsumen. Hingga sipetek tak bisa lagi dicari oleh Aang sendirian, dia harus membeli dari nelayan. Hingga 13 mitra nelayan yang memasok kebutuhannya setiap harinya. Karena dia membutuhkan pasokan hingga 2,5 kuintal per harinya.

Untuk membantu dalam proses produksi Aang tak hanya lagi dibantu oleh ibunya. Sesuai dengan harapannya sebelum resign untuk membantu masyarakat di kampungnya, Aang mempekerjakan ibu-ibu yang usianya 45-60 tahun. Karena pada usia seperti itu mereka sulit mendapatkan pekerjaan padahal mereka masih membutuhkan uang.

Sementara untuk memasarkan Aang tak lagi mengandalkan promosi dari toko ke toko melainkan memasarkan lewat online. Dia pun mulai merekrut anak muda untuk mengembangkan bisnisnya.

Kini yang awalnya hanya bisa menjual beberapa bungkus per hari namun kini sudah bisa mencapai 1000-1500 bungkus per harinya. Sementara satu kemasan harganya Rp15.000. Sehingga dalam setahu perputaran omzetnya bisa mencapai miliaran rupiah.

Setelah mendapatkan ikan tersebut, Aang mulai mencoba eksperimennya. Tentunya tak langsung berhasil. Setelah mendapatkan resep yang menurutnya pas baru dia mulai mempromosikan. Resepnya untuk menghilangkan bau amis, sebelum digoreng ikan sipetek di bungkus dengan terigu dahulu. Setelah itu masukkan ke dalam minyak panas dan goreng hingga garing.

Kini dia sudah memiliki resep unggulan yakni pedas dan original. Tadinya dia mengembangkan menjadi rasa keju dan balado namun konsumennya justru memprotesnya karena menggunakan penyedap rasa. Untuk mengganti penyedap rasa ditambahkan rasa daun jeruk, baby fish nila dan baby fish emas dan sambal ikan kering.

Kini telah ada 400 agen crispy di Indonesia. Bahkan produk ini telah terjual juga di luar negeri seperti Hongkong dan Malaysia. Kini Aang pun bisa mendapatkan omzet Rp400-500 juta per bulannya. Dan selain mengembangkan bisnis crispy, Aang juga mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar yang hasil budidayanya telah dipasok ke sejumlah rumah makan yang ada di Cianjur dan Bandung.