Mencari orang pintar itu mudah namun mencari orang yang jujur itu susah. Padahal untuk membangun suatu usaha yang lebih dibutuhkan adalah orang yang jujur bukan sekedar pintar. Beberapa tahun belakangan ini usaha melalui modal kejujuran sudah dimulai di sekolah-sekolah di Indonesia lewat kantin kejujuran.
Mengapa disebut kantin kejujuran karena tak ada penjaga kantinnya. Pedagang hanya meninggalkan barang dagangannya di kantin kemudian dipasrahkan begitu saja kepada pembelinya. Jadi pembeli yang melayani dirinya sendiri. Mengambil dan membayar barang sendiri. Jika uangnya berlebih maka pembeli bisa mengambil uang kembalian sendiri. Tentunya ini membutuhkan kejujuran yang luar biasa bukan?
Kantin ini ternyata tak hanya ada di sekolah-sekolah, beberapa lembaga pemerintahan pun telah menerapkan. Salah satunya Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan yang sudah memiliki kantin kejujuran. Konsepnya sama dengan kantin berbasis transaksi kejujuran yang berada di sekolahan. Tanpa adanya penjaga kantin, pembeli ya melayani dirinya sendiri. Jika Anda ingin berbisnis lewat kantin ini ada baiknya Anda mengetahui plus minus kantin kejujuran sebagai berikut ;
Efek Positif dari Adanya Kantin Kejujuran
- Melatih Kejujuran
Karena tak ada yang melihat kita berbuat curang atau tidak dalam berjual beli maka bisa dibilang kantin kejujuran memang ditujukan untuk melatih rasa kejujuran dan tanggung jawab. Jika pelatihan kejujuran ini berhasil sejak di bangku sekolah diprediksikan ke depannya akan tumbuh generasi yang anti korupsi karena dilatih untuk tidak melakukan kebohongan.
- Tak Perlu Dijaga
Karena bermodal kejujuran, jadi Anda tak perlu menghabiskan waktu untuk menjaganya atau membayar orang untuk menjadi penjaga kantinnya.
- Tak Perlu Toko atau Lapak Permanen
Biasanya kantin kejujuran tak mempunyai toko atau lapak khusus biasanya hanya sebuah kardus yang berisikan barang jualan dan sebuah kotak uang. Jadi bisa diletakan dimana saja asal mudah dijangkau oleh para pembelinya.
Efek Negatif dari Adanya Kantin Kejujuran
- Keuntungan Sedikit
Karena tak ada pertemuan antara penjual dan pembeli maka tak ada pula yang namanya proses tawar menawar sehingga harga barang tentunya sudah ditetapkan di awal. Selain itu tak ada pula promosi barang sehingga barang yang dijual tak bisa dengan harga terlalu mahal.
- Banyak yang Tidak bayar
Selain itu si penjual tentunya harus menerima jika-jika barang dagangannya ludes tapi ternyata tak mengalami keuntungan bahkan mengalami kerugian.