Tidak hanya mencetak beberapa nama keluarga kaya, di Asia juga dikenal memiliki cukup banyak konglomerat yang mulanya orang biasa-biasa saja hingga kini berpenghasilan miliaran dolar. Jack Ma misalnya, pria ini lahir di tengah keluarga yang berstatus ekonomi menengah ke bawah. Namun kini nasibnya berubah menjadi orang terkaya di China. Dilansir dari Business Insider inilah beberapa pengusaha yang memulai kariernya dari nol.
Li Ka-Shing
Dianggap sebagai tapian yang paling berpengaruh Asia Li Ka shing membangun bisnisnya dari properti hingga bisnis teknologi media. Kini kekayaan LI mencapai US$19,5 miliar yang membuatnya dinobatkan sebagai orang terkaya nomor 19 di dunia. Bila melihat dirinya yang sudah sukses seperti sekarang tentu Anda tidak akan percaya bahwa Li Ka Shing tidak pernah menamatkan pendidikan formal di sekolah menengah atas.
Li yang lahir di Jepang adalah imigran di Hong Kong. Pada saat perang The Sino-Jepang Ia dan keluarganya pindah ke Hong Kong. Tak lama setelah kepergiannya dari Jepang ke Hong Kong, Ia dan keluarga pun harus menerima nasib pahit karena ayahnya tutup usia karena tuberculosis.
Sepeninggal sang ayah Li Ka-Shing mau tidak mau harus menjadi tulang punggung keluarga. Pada usia yang sangat muda, 12 tahun, Li memutuskan untuk berhenti sekolah dan bekerja menjadi buruh pabrik. Selama bekerja Li memberikan hampir seluruh penghasilannya untuk ibunya. Terus menerus hidup dalam keterpurukan membuat dirinya makin keras dan bertekad untuk keluar dari jerat kemiskinan.
Akhirnya pada usia 14 tahun barulah ia mengenal bisnis yang mengantarkannya seperti sekarang, yaitu pengolahan plastik. Di mana dirinya menjadi karyawan di salah satu perusahaan plastik. Kemudian dengan modal pinjaman dari relasi ia berhenti dan mencoba peruntungan sendiri dengan menjalani bisnis untuk membuat mainan plastik dan bunga plastik yang ia beri nama Cheung Kong Industries.
Banyak yang mengira bahwa bisnis yang akan ia rintis ini tidak akan membuatnya berhasil. Tapi dengan kejeliannya melihat peluang, bisnisnya malah bisa masuk ke pasar internasional. Di negara bagian barat malah membutuhkan bunga plastik salah satunya untuk keperluan interior.
Dari sini lah bisnis yang dianggap banyak orang sepele justru bisa membuat namanya dikenal banyak orang. Di usia 22 tahun Li Ka-Shing akhirnya bisa membuka pabrik plastik pembuatan mainan dan bunga plastik sendiri. Dan yang luar biasanya lagi selang beberapa tahun dirinya berhasil menjadi produsen, pengembang properti bahkan investor.
Kini, sambil tetap menikmati masa tuanya, ia memfokuskan diri sebagai investor dalam bidang teknologi dan properti. Baru-baru ini Li Ka-Shing dikabarkan memperluas bisnis infrastruktur ke Australia dengan membeli saham Duet Group. Li Ka-Shing menghargai saham Duet Group senilai A$ 3 per saham dengan total penawaran mencapai A$7.3 miliar atau setara dengan US$ 5.4 miliar.
Wang Jianlin
Wang Jianlin adalah orang terkaya ke 18 di dunia dengan harta kekayaan sebanyak US$31.3 atau setara dengan Rp 406.9 triliun. Wang adalah orang dibalik suksesnya perusahaan real estate Dalian Wanda Group. Sebelum terjun ke dunia properti Wang sendiri ialah karyawan administrasi. Dikarenakan etos kerjanya yang tinggi, secara perlahan kariernya makin beranjak naik. Pada akhirnya di tahun 1989 dia dipercaya sebagai pemimpin kawasan pengembangan di Xigang. Sampai akhirnya pada tahun 1990-an dia memutuskan untuk mengembangkan lagi kariernya dengan mendirikan perusahaan sendiri. Kala itu, Wang mengambil pilihan mengakuisisi perusahaan real estate yang hampir bangkrut bernama Dalian Wanda.
Di bawah kepemimpinan perusahaan itu makin berkembang. Pengalamannya bekerja untuk kepemerintahan ternyata membuat kariernya berjalan mulus. Pasalnya berkat koneksi pemerintah yang kuat menjadi alasan perusahaan yang dia rintis bisa lebih maju. Beberapa proyek yang ditangani PT Dalian Wanda berasal dari koneksi Wang. Kemudian di tahun 1993, Wang diangkat menjadi CEO Dalian Wanda. Kini Wang bukan hanya orang yang mengelola perusahaan itu namun juga pemilik kerajaan bisnis Wanda Group.
Investasi Wang di bisnis properti semakin menjanjikan, kini Dalian Wanda kurang lebih mempunyai 58 Wanda Shoping Plaza, 15 hotel bintang lima, 68 bioskop, 57 pusat perbelanjaan dan 54 tempat hiburan di China. Bisnis properti Wang pun makin menggurita di kancah luar negeri. Di tahun 2013 Wang membeli perusahaan hiburan Amerika Serikat, AMC Entertaiment, Legendary Entertainment, dan mengakuisisi grup sinema yang berbasis di London, yaitu Odeon & UCI dan juga mengakuisisi saham perusahaan pembangunan kapal pesiar mewah di Inggris yaitu Sunseeker International Ltd dengan nilai transaksi sebesar 1,6 miliar dolar.
Dalam catatan Bloomberg Billionaire Index, kepemilikan Dalian Group sepenuhnya dimiliki oleh keluarga Wang Jianlin, melalui perusahaan Dalian Hexing Investasi Co. Wang Jianlian sendiri mempunyai 98% saham, sementara 2% sisanya dimiliki oleh anaknya Wang Sicong. Kepemilikan Wang juga tercatat sebanyak 61.6% atau senilai 7.4 miliar dollar di perusahaan induk sektor properti, yaitu Dalian Wanda Commercial Property Co, melalui Dalian Wanda Group.
Jack Ma
Pria kelahiran 10 September 1964 ini lahir di negara Tiongkok di tengah keluarga tidak mampu. Jack Ma tumbuh di provinsi Zhejiang, China dengan orang tua yang bekerja sebagai pemusik dan juga pendongeng. Tumbuh di jaman komunis membuat China menjadi tempat yang sering dikunjungi oleh turis. Puncaknya saat Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon mengunjungi kampung halaman Jack Ma, Hangzhou pada 1972, daerahnya sering sekali kedatangan tamu luar negeri.
Pada saat itu lah ia menjajal pekerjaan pertamanya sebagai pemandu turis. Ketertarikannya akan Bahasa Inggris membuatnya senang sekali berinteraksi dengan para turis. Setiap pagi Jack Ma selalu mengunjungi hotel-hotel besar di provinsinya yang biasa dijadikan tempat turis menginap dan menawarkan jasa pemandu wisata dengan imbalan belajar Bahasa inggris dari turis tersebut. Di sinilah sebutan Jack melekat di dirinya, nama ini diberikan oleh salah satu pengunjung yang cukup dekat dengan dirinya. Karena pekerjaan inilah pemikiran Jack Ma di usia yang masih 9 tahun sudah lebih terbuka dibandingkan dengan teman-teman seusianya.
Meskipun memiliki otak yang brilian namun tidak memudahkan Jack Ma saat masuk perguruan. Tanpa uang dan koneksi, hanya satu yang bisa dilakukan olehnya agar dapat masuk ke perguruan tinggi yaitu dengan melewati seleksi. Namun setelah 2 kali mencoba hasilnya sama saja, gagal. Setelah belajar lebih giat, akhirnya di seleksi ke 3 ia berhasil diterima di Universitas Keguruan Hangzhou dan mengambil jurusan Ilmu Bahasa Inggris. 1988 jadi tahun di mana Jack Ma menerima gelar SPd, dan mulai mencari pekerjaan di beberapa perusahaan.
Pil pahit harus kembali ia telan, penolakan demi penolakan kembali ia terima, salah satunya penolakan bekerja di KFC. Perjalanan mencari pekerjaan ini pun berhenti dengan hasil ia bekerja sebagai guru Bahasa Inggris di Universitas di China dengan penghasilan US$12 per bulan. Jack Mengaku ia sangat mencintai pekerjaan ini dan senang berinteraksi dengan murid-muridnya.
Selain berprofesi sebagai guru, Jack juga sering dipanggil untuk menjadi interpreter (penerjemah). Dari penghasilan yang didapatkannya ia berhasil mengumpulkan uang untuk terbang ke US. Dalam perjalanan ke US lah, Jack yang sama sekali ia mengenal internet. Jack Ma yang tidak memiliki pengalaman dengan komputer dan coding, tapi dia cukup ahli dalam menggunakan internet.
Kata kunci pertama yang ia cari melalui internet adalah “beer” (bir), hasil pencarian yang ia dapatkan membuat dirinya kaget kenapa tidak ada beer China yang muncul. Maka inilah titik mula ia berniat mendirikan perusahaan online untuk China. Visinya ini kemudian diceritakan ke beberapa temannya, dan dengan bangga ia menjelaskan bahwa dirinya ingin mendirikan marketplace online bernama Alibaba. Banyak yang meragukan idenya, namun ada satu teman yang memaksanya untuk melanjutkan apa yang ia inginkan. Tak lama berdirilah Alibaba pada tahun 1999.
Layanan marketplace online Alibaba mulai mendapatkan perhatian seluruh dunia. Di tahun yang sama, perusahaan itu mendapatkan investasi sebesar US$5 juta dari Goldman Sachs dan US$20 juta dari SoftBank. Lama kelamaan perusahaan yang dibangunnya semakin meroket. Alibaba pun resmi melantai di bursa New York pada Oktober 2014. Aksi penawaran saham perdananya (IPO) menjadi yang terbesar dalam perusahaan teknologi.
Kini saham Alibaba naik 0.24% dengan harga US$108.09 di New York Stock Exchange (NYSE). Ini menjadikan dirinya sebagai orang terkaya nomor 23 di dunia dengan perolehan harta sebanyak US$28.3 miliar atau setara dengan Rp 367.9 triliun. Selain itu ia juga dinyatakan sebagai orang kaya nomor 2 di China setelah Wang Jianlin.
Ma Huateng
Taipan asal Tiongkok lain yang memulai kariernya dari awal adalah Ma Huateng yang bergerak di bisnis teknologi. Pria kelahiran 29 Oktober 1971 di China ini merupakan pendiri dan CEO dari Tencent Holdings, perusahaan internet yang sahamnya menjadi favorit investor di pasar modal Tiongkok. Bahkan dikabarkan, Tencent adalah termasuk 5 perusahaan internet terbesar di dunia di bawah Google, Amazon, Alibaba dan Ebay. Pria lulusan Universitas Shenzen adalah seseorang yang menyadari bahwa internet dan teknologi akan mendominasi dunia khususnya di Tiongkok. Di melihat potensi bahwa jika mengusai pasar Tiongkok berarti berhasil menguasai beberapa pasar negara lainnya.
Ma Huateng termasuk orang yang beruntung bisa mengenal teknologi, karena di jaman ia berkuliah adalah saat akhir runtuhnya rejim kapitalis Deng Xiaoping. Saat di bawah kepemerintahan Deng Xiaoping China sangat tertutup dengan negara luar. Tetapi berkat demo besar-besaran kepemerintahannya akhirnya lengser. Jadi saat Ma Huateng kuliah dia masih bisa melihat dunia luar dan beberapa saat ketika lulus kuliah internet pun mulai masuk di China.
Kariernya sebelum sukses di Tencent berawal saat ia menjadi karyawan perusahaan telekomunikasi di negara asalnya. Dengan bekerja di lingkungan IT membuat pikirannya lebih terbuka. Dia lalu melihat potensi dari internet dengan teknologi. Pada akhirnya Ma Huateng mendirikan Tencent pada 1998 dan mencoba membuat aplikasi messenger atau chatting pertama, QQ. Sampai September 2012, pengguna QQ mencapai 784 juta. Selain QQ, Tencent juga dikenal dengan produk messenger andalannya WeChat, aplikasi pesan instan yang sudah digunakan lebih dari 300 juta pengguna di seluruh dunia. Strategi kesuksesan WeChat berkat perencanaan bisnisnya yang matang. Di kawasan Asia Tenggara misalnya Tencent melakukan kerja sama dengan perusahaan setempat untuk mempopulerkan WeChat. Sedangkan untuk kawasan lain, Tencent difokuskan pada iklan komersial untuk menarik minat calon pengguna.
Selain di aplikasi messenger, Tencent juga melebarkan sayapnya di bidang lainnya, di antara lain game online, media, entertainment, sistem payment, periklanan, bahkan e-commerce. Pada 2014 lalu, Tencent mengakuisisi situs belanja elektronik raksasa di China, JD.com. Langkah ini diyakini sebagai bentuk untuk menandingi Alibaba di pasar e-commerce. Berkat bisnis-bisnisnya ini lah, Ma Huateng menjadi orang terkaya ke 31 dengan total kekayaan sebanyak US$24.9 miliar atau setara Rp 323.7 triliun. Dengan perusahaannya, Tencent Ma Huateng yakin industri teknologi akan terus berkembang.
Lakshmi Mittal
Sebagian dari Anda mungkin Anda yang tidak akrab dengan nama taipan yang satu ini. Lakshmi Mittal adalah seorang pengusaha kaya yang menempati urutan 56 di jajaran konglomerat di seluruh dunia. Pria asal India yang menetap di London, Inggris ini merintis bisnis bajanya benar-benar dari nol. Pria kelahiran 15 Juni 1950 ini hidup di bawah kata mapan. Beruntung sang ayah dan dirinya mendapat peluang untuk mengubah nasib dengan mengajak rekan ayahnya yang memiliki usaha di bidang perbajaan. Inilah awal mula Lakshmi berhubungan dengan sebuah usaha yang kini membesarkan namanya.
Lakshmi menyelesaikan pendidikannya di Kampus St. Xavier Calcutta pada tahun 1967. Selama mengenyam bangku kuliah, ia membuktikan kapasitasnya dengan mengelola bisnis baja milik keluarga. Terbukti ditangannya, tidak hanya berhasil di India, melainkan sudah menjangkau wilayah internasional. Tamat kuliah Lakshmi memutuskan untuk hijrah dari Calcuta, India ke Indonesia. Salah satu penyebabnya salah satunya adalah pajak yang terlalu tinggi, bahkan hampir 97% dan adanya pembatasan kuota.
Berbekal koneksi dan pengetahuannya pada umur 26 tahun, Lakshmi mengambil keputusan untuk mengakuisisi perusahaan baja yang nyaris bangkrut di Indonesia yang berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur. Setelah berpindah kepemilikan PT Andra Steel kemudian diubah menjadi PT Ispat Indo dan berada di bawah naungan Mittal Corporation. Keputusan ini dia ambil karena melihat peluang bisnis baja yang cukup besar di Indonesia. Selama 13 tahun, pabrik baja yang dia kelola lama kelamaan semakin maju. Bahkan kondisi pabrik yang dulunya kembang-kempis digarap menjadi pabrik hijau dengan kapasitas produksi 60.000 ton per tahun.
Namun sayangnya karena konflik keluarga, Mittal Corp harus pecah kongsi. Lakshmi lantas memilih untuk membesarkan bisnisnya sendiri tanpa melibatkan keluarga. Dengan kerja kerasnya, bisnis Mittal Steel yang dia kelola berhasil merambah ke 17 negara di dunia. Ia juga menemukan sejumlah inovasi pengembangan usaha baja yang membuat pabriknya menjadi yang terbesar di dunia dengan jutaan ton produksi.
Karakternya yang tidak cepat puas mengantarkan dirinya membuka beberapa perusahaan di berbagai negara. Tobago, yang terletak di pantai timur Amerika Tengah kemudian menjadi fokus bisnis bajanya di tahun 1994. Dia kembali mengakuisisi perusahaan baja milik pemerintah setempat, Iscoot yang harganya sedang jatuh saat itu. Layaknya sulap, ditangannya dan bantuan dari tim manajemen di India, perusahaan tersebut pun bisa sehat kembali. Lalu, Lakshmi melakukan ekspansi ke Meksiko dan mengakuisisi Sicartsa yang juga merupakan perusahaan milik pemerintah dengan harga US$ 220 juta. Namanya kemudian diubah menjadi Mittal Steel Lazaro Cardenas dan kabarnya perusahaan ini menjadi tulang punggung produksi baja Mittal Steel Group di seluruh dunia. produksinya saja mencapai 6.7 juta ton per tahun.
Sukses di Meksiko Ia pun mengakuisisi perusahaan serupa di Kanada, Jerman, Irlandia, Inggris, Amerika Serikat, Kazakhstan, Polandia. Untuk di London, didirikan kantor pusat dari seluruh jaringan usahanya. Sebagaimana dilansir di Time.com, perusahaannya kini menjadi perusahaan baja terbesar di dunia dan menempatkan dirinya sebagai CEO di perusahaan tersebut. Dari bisnis-bisnisnya ini Lakshmi memiliki total kekayaan sebanyak US$16.4 miliar atau setara dengan Rp 213.2 triliun.