Boloe Klemben Tempo Doeloe, Bolu Jadul Mesti Dilestarikan

Ingin melestarikan bolu jadul yang kini sulit ditemui itulah yang dilakukan oleh Masruroh. Idenya tersebut terinspirasi ketika suaminya yang berkerja di Jakarta ingin pulang kampung dan berwiraswasta untuk berjualan makanan tradisional yang saat ini jarang dtemui di pasaran. Salah satunya Boloe Klemben.

Ia pun memilih untuk memproduksi bolu zaman dulu yang tren dengan nama Boloe Klemben Tempo Doeloe. Ternyata tak mudah baginya memproduksi Boloe Klemben tempo dulu ini. Karena belum pengalaman sehingga di awal produksi Boloe Klemben tidak langsung jadi. Sehingga trial dan eror berkali-kali gagal dalam bereksperimen dan banyak produk yang terbuang karena rasanya belum sesuai dengan yang diharapkan.

Ketika pemasaran pun mengalami hal yang serupa, tak semua orang mau membeli karena memang bolu zaman dulu. Sehingga dia harus ekstra sabar dan berkeliling untuk menawarkan bolunya. Karena saat itu moda transportasi yang ia miliki hanya motor Masruroh rela harus berpanas-panasan dan kehujanan untuk mengantarkan pesanan pelanggan. Dan yang paling sedih dia harus berhadapan dengan pelanggan yang suka membentaknya jika bolunya sudah habis tapi tak kunjung juga dikirim olehnya.

Namun dia tidak putus asa, dia harus sukses menjajakan Boloe Klemben. Apalagi modal yang dikeluarkan untuk bisnis ini tidak sedikit. Modal pertama saja mencapai 50 juta rupiah untuk membeli mesin seharga 12,5 juta oven, loyang, bahan-bahan, dan perlengkapan lainnya yang mengeluarkan uang kira-kira 30 juta rupiah.

Awal membuka usaha semuanya ditekuni sendiri, mulai dari proses pembuatan, pengemasan dan pemasarannya pun sendiri. Namun sekarang bagian produksi sudah ada 5 orang karyawan, bagian mengemas 3 orang karyawan, sedangkan bagian pemasaran 3 orang. Untuk pemasaran Masruroh tidak membuka outlet melainkan memasok barang di toko oleh-oleh, pasar dan swalayan.

Kini perharinya Masruroh mampu menjual bolu kira-kira 200 bungkus dengan isi 25 biji perbungkus. Dan semakin hari semakin meningkat permintannya. Namun sayangnya di saat penjualan tinggi terkadang bahan baku sulit untuk dicari, contohnya yang paling sering dialami adalah sulit untuk mendapatkan gas elpiji. Belum lagi harga bahan baku yang masih tidak tetap harganya dan kadang melonjak tinggi, misalnya saja telor dan gula. Meski bahan baku naik namun dia mengatakan sulit untuk menaikkan harga bolunya.

Meski begitu Masruroh tetap optimis, Bolu jadulnya pasti akan berkembang di pasaran. Bukan hanya di Kebumen saja. Sehingga dia ingin meningkatkan cita rasa, kualitas serta menambah varian rasa baru bolu jadulnya. Sehingga meski hanya bolu jadul cita rasa masa kini, sehingga tetap lestari tak tertelan zaman.