Awal tahun ini industri pertanian di Indonesia mengejutkan banyak orang, karena harga cabai melebihi harga daging di pasaran yakni Rp200.000/kilogramnya. Selain itu minat lulusan SMU ke fakultas-fakultas terkait Pertanian menurun sehingga berdampak dengan penutupan beberapa Fakultas Pertanian di berbagai daerah. Padahal saat ini Indonesia memang membutuhkan orang-orang yang di bidang pertanian.
Ir. Rifda Ammarina, Ketua penyelenggara Agrinex, di usianya yang 40 tahun ingin melakukan resolusi bagaimana kedepannya bisa berkontribusi kepada Dunia Agribisnis Indonesia. “Dalam benak saya sebagai Alumni IPB yang sering di tuding sebagai pihak yang bisa segalanya tapi tidak untuk pertanian,”akunya.
Wanita kelulusan IPB ini memang multitalenta, selain pernah menjadi Public relation, kontraktor power plant, pegawai di perusahaan kosmetik, pegawai indofood, mempunyai Event Organizer hingga pernah menjadi technical assitance contract (TAC) di Perusahaan Amerika. Namun wanita yang menjadi anggota Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) ini justru merasa belum berkontribusi penuh di bidang pertanian padahal dia adalah insinyur pertanian.
Hingga akhirnya di Bulan Desember, lulusan jurusan Agribisnis menandatangani kerjasama antara IPB, Performax dengan dukungan HIPMI pimpinan Sandiaga S. Uno di IPB untuk di gelarnya Agrinex pertama maret 2007.
Agrinex yang setiap tahunnya selalu terselenggarakan kini, akan diselenggarakan kembali untuk ke 11 kalinya. Dan kemarin (12/1), di Kementerian Pertanian untuk soft launching Agrinex 2017 tahun untuk ke 11 penyelenggaraan Agrinex Expo yang secara konsisten di gelar setiap maret setiap tahunnya di Jakarta convention centre. G
Gelaran yang sudah mencapai tujuan awal saat Agrinex ke 4 kalinya dan sekarang tetap memperjuangkan Agribisnis yang produknya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Karena saat ini Agribisnis di perbincangkan dengan berbagai nada nada pesimis karena kita masih import dan jenis pangan import makin beragam, nada marah karena harga cabe mengalahkan harga daging padahal cabe di konsum