Jika Anda ingin membeli sebuah produk selain harga pasti yang Anda perhatikan adalah mereknya bukan? Karena merek biasanya menentukan suatu kualitas produk. Semakin terkenal merek maka semakin bagus suatu produk. Dan siapa sangka kini telah ada beberapa mereka lokal yang mendunia.
Berikut 13 Merek Lokal yang Mendunia. Dan Mungkin Saja Kini Telah Lama Anda Gunakan Namun Tak Menyadarinya.
- Eiger
Bagi pencinta alam, merek Eiger tentunya tak asing lagi. Karena merek ini memang disediakan khusus bagi para petualang di alam bebas. Sehingga produk yang dihasilkan akan lebih kuat dan tahan lama. Tak salah jika Eiger menjadi salah satu merek lokal mendunia.
Ronny Lukito adalah pendiri Eiger yang memproduksi peralatan out door untuk para pendaki gunung. Merek ini memang jauh dari kesan lokal karena memang diambil dari sebuah nama gunung di Swiss yang bernama Gunung Eiger.
Dulunya Eiger hanya memproduksi satu macam produk saja yaitu tas yang dia buat di sebuah rumah kontrakan dengan dua orang tukang jahit. Usaha yang didirikan sejak tahun 1993 itu kini telah berkembang pesat hingga mendunia. Bahkan ada yang mengira bahwa Eiger memang merk luar negeri padahal itu salah.
Eiger sendiri kini telah mengusai pasar Indonesia dan luar negeri seperti Singapura, Filipina, Jepang dan Libanon. Dan kini telah memiliki lebih dari 800 tukang jahit yang pabriknya ada di Soreang Bandung. Selain Eiger, beberapa merek yang diproduksi oleh Roni dibawah Naungan PT Eksonindo Multi Product Industry seperti Exsport, Bodypack, Neosack, XTREME, Nordwand, pun kini telah menjadi merek lokal yang mendunia.
- Poligon
Bagi Anda pencinta sepeda pasti tak asing dengan merek sepeda yang satu ini, Polygon. Perusahaan ini telah memproduksi sepeda sejak tahun 1989. Nama Polygon sendiri diambil dari salah satu istilah geometri poligon yang memiliki arti banyak sisi. Nama tersebut diambil karena merasa nama tersebut mewakili karakter perusahaan tersebut yang memiliki banyak sisi namun memiliki tujuan yang sama.
Saat ini polygon telah menjadi merek lokal yang mendunia. Polygon kini sangat dikenal di kawasan Asia dan akan melebarkan sayap ke beberapa benua tetangganya. Polygon mengaku, kesuksesannya lahir tak terlepas dari andil dari tim kreatifnya yang berbasis di Amerika Utara, Eropa dan Asia. Karena kombinasi itulah sehingga membuat polygon jadi sesuai dengan keinginan masyarakat dunia.
Bahkan desainnya telah menarik beberapa atlet sepeda dunia, seperti Tim Downhill kelas dunia Hutchinson UR Team yang pernah bertanding menggunakan sepeda Polygon di UCI DH World Cup 2013.
3. LEA Jeans
Tak sedikit yang menyangka bahwa LEA merupakan merek kelas dunia asli Indonesia yang beroperasi di Tanggerang, Banten dengan nama PT Lea Sanent. Merek ini pertama kali muncul dengan menyediakan pakaian casual, jeans serta assesoris lainnya dengan gaya khas Amerika. LEA yang berdiri sejak tahun 1976 ini memang sengaja menggunakan ciri khas Amerika. Karena saat itu orang berpikir jeans yang paling bagus adalah buatan Amerika. Sehingga LEA sengaja dibuat ala Amerika.
Nama LEA sendiri berasal dari nama kakak perempuan Direktur LEA yang kebetulan meneruskan bisnis sang ayah yang bergerak di Industri Denim. LEA pertama kali mengeluarkan produknya di tahun 1976.
Bukan hanya desain LEA saja yang mirip dengan buatan Amerika. Namun jeans LEA memang sengaja dibuat dari bahan yang berkualitas sehingga awet, nyaman dipakai, dan desainnya yang tidak ketinggalan zaman. Sehingga wajar jika LEA sekarang pasarnya bukan hanya di Indonesia namun juga beberapa negara di dunia seperti Dubai, Korea dan Hongkong.
- AQua
Nama AQua tentunya tak asing lagi di Indonesia. Air mineral kemasan ini siapa sangka akan mendunia bahkan menjadi trendsetter di beberapa negara. Padahal awal muncul, AQua tak diakui keberadaanya. Karena hanya menjual air mentah yang dikemas. Bahkan saat diberikan secara gratis AQua justru ditolak.
Nama AQua sendiri berasal dari nama pendiri AQua Tirto Utomo yang nama aslinya Kwa Sien Biauw. Di awal, bisnis AQua sempat tersendat bahkan hampir tutup karena sudah lima tahun berdiri namun belum mendapatkan keuntungan.
Karena tidak tahan mengalami kerugian terus menerus akhirnya harga AQua dinaikkan, menurut tim AQua dengan menaikkan harga maka akan meningkatkan kualitas. Ternyata keputusannya benar, omzet AQua menjadi naik. Kemudian AQua pun meningkatkkan kualitasnya dari air yang berasal dari sumur bor menjadi air yang berasal dari mata air pegunungan yang mengandung mineral alami yang kaya dengan nutrisi.
Di tahun 1998, AQua bergabung dengan grup Danone, mereka berdua sepakat untuk meningkatkan kualitas produk dan menempatkan AQua sebagai produsen air mineral dalam kemasan (AMDK) yang terbesar di Indonesia. Dua tahun kemudian, di tahun 2000 AQua meluncurkan produk yang berlabel Danone-AQua.
AQua yang lahir atas ide Tirto Utomo (1930-1994) ini kini menjadi merek air minum dalam kemasan (AMDK) terbesar di wilayah Asia, Timur Tengah dan Pasifik, bahkan menurut survei Zenith International. Bahkan meski sudah wafat Tirto merupakan orang Asia pertama yang masuk ke dalam Hall of Fame industri bottled water. Dan sejak tahun 1987, AQua telah merajai Singapura, Malaysia, Maldives, Fiji, Australia, Timur Tengah dan Afrika.
- The Executive
Karena namanya yang menggunakan bahasa Inggris, banyak yang mengira bahwa The Executive berasal dari produk impor padahal asli Indonesia. Merek dari kelompok Delami brands ini telah bergerak di bidang fashion baik pria maupun wanita sejak tahun 1984.
Produk yang dihasilkan dulunya hanya busana untuk ke kantor namun kini The Executive mulai merambah ke produk yang mengikuti perkembangan zaman. Produk wanita yang dihasilkan seperti, rok, celana panjang, blazer, dress sementara pria celana panjang, blezer, kemeja, rajutan dan lainnya.
The Executive kini telah mendapatkan pengakuan dari internasional ISO 9001 yang didapat pada tahun 2000. Di tahun yang sama The Executive juga berhasil menjadi pemegang lisensi Wrangler Jeans untuk Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Di bawah naungan PT Delami Garments Industries, The Executive telah memiliki tiga buah outlet independen di Malaysia.
- Radio Magno
Meski radio di Indonesia dianggap sudah ketinggalan zaman, namun tidak bagi orang luar negeri. Salah satunya Magno, radio kayu yang diproduksi oleh Singgih Susilo. Lulusan Institut Teknologi Bandung ini awalnya membuat radio kayu karena ingin menyelesaikan tugas akhirnya sebagai mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain di tahun 1992.
Namun untuk memproduksi secara massal baru dia mulai sejak tahun 2005 karena kesulitan mendapatkan vendor radio kit, karena industri elektronik Indonesia biasanya meminta minimal order yang tinggi padahal saat itu Singgih belum memiliki kemampuan finansial yang memadai.
Kini merek radio buatan singgih telah mendunia dan cukup terkenal di Jepang, Jerman dan Amerika. Dia pun pernah mendapat pesanan radio hingga 10 ribu unit dengan nilai Rp4,9 miliar dari temannya yang berada di Amerika Serikat.
Radio Magno ini juga pernah beberapa kali mendapatkan penghargaan seperti lomba desai di Seatle AS di tahun 1997, pemenang Good Design Award 2008 di Jepang untuk kategori innovation/pionering & Experimental Design. Magno juga pernah masuk nominasi dalam Grands Awards untuk Desain for Asia Award yang digelar di Hongkong.
- Essenza
Siapa bilang Indonesia hanya mampu mengimpor keramik. Karena nyatanya Indonesia ternyata Indonesia juga mengekspor keramik. Merek keramik lokal yang kini telah go internasional adalah Essenza yang kini telah mengimpor produknya ke Italia, Singapura, Amerika dan 25 negara lainnya.
Kualitas keramik Essenza bisa dibilang setara dengan produk luar seperti Italia, Spanyol. Granito tile Essenza yang terbuat dari Fieldseoar yang dibuatnya tidak melalui pembakaran namun dibuat dengan tekanan yang tinggi sehingga meniadakan pori-pori yang daya serap airnya sangat rendah hanya 0,05%.
Essenza berbeda dengan keramik biasa yang daya serap airnya bisa mencapai 0,5%. Istimewa dari keramik ini akan memudahkan perawatannya karena kotornya air biasanya tidak membuat kusam. Tak hanya itu Essenza juga tahan gores dan tetap mengkilat tapi tidak licin.
- Al Madad Coklat
Jika kalian sering mendapat oleh-oleh coklat yang mereknya Al Madad, jangan terkecoh itu bukan oleh-oleh orang yang baru pulang haji alias arab saudi. Karena coklat yang mereknya berbahasa arab tersebut asli Indonesia. Coklat tersebut berasal dari perkebunan coklat di Pandeglang, Serang Banten. Perkebunan coklat tersebut memang terbesar di Asia dan sering mengekspor buah coklat untuk bahan baku coklat luar negeri.
Dan sebenarnya banyak merek coklat luar negeri yang bahan bakunya berasal dari coklat Indonesia. Hanya saja saat pengolahan di luar negeri dan diberi merek luar negeri. Al Madad sendiri merupakan coklat asli Banten yang dikenal oleh pasar lokal sejak tahun 2008.
Pemilik coklat tersebut bernama Sofiah tersebut memang sengaja mengangkat kekhasan lokal Banten dari produk coklatnya. Namanya yang bernuansa religi sebenarnya bukan untuk mengecoh konsumen yang menyangka coklat tersebut adalah coklat impor. Melainkan menggambarkan suasana Banten yang memang terkenal dengan religiusnya.
Al Madad sendiri memiliki lebih dari tiga varian olahan coklat, ada yang berbentuk stik bergambar bunga atau binatang, ada yang bergambar kartun bahkan ada yang meminta dibuatkan coklat dengan foto pribadi.
- Le Monde
Dari namanya orang pasti menebaknya merek asal Perancis. Padahal Le Monde asli Indonesia. Merek perlengkapan bayi ini sudah meluncurkan produknya sejak tahun 1982. Dan menjadi brand dan market leader Indonesia untuk kelas menengah ke atas.
Hal ini dikarenakan kualitas Le Monde yang bagus. Produk yang dihasilkan Le Monde beragam mulai dari tempat tidur bayi, perlengkapan mandi, perlengkapan kamar bayi, hingga baju-baju bayi. Outlet Le Monde bukan hanya ada di Jakarta namun juga ada di Bandung, Bogor, Malang dan Medan.
Keberhasilan Le Monde juga bukan hanya mengusai sebagian besar pasar Indonesia namun juga beberapa negara . Sejak tahun 1986, Le Monde telah mengekspor produknya hingga ke Australia, Russia, United Arab Emirates, Saudi Arabia dan Eropa.
- Mimsy
Jika Anda kolektor tas pasti Anda kenal dengan merek tas Hermes, Louis Vilton, Gucci. Tas-tas tersebut merupakan tas branded terkenal yang harganya bisa ratusan juta rupiah. Namun tahukah Anda bahwa di Indonesia pun memiliki tas yang kualitasnya tak kalah dengan tas-tas tersebut dan harganya bisa terjangkau oleh Anda.
Tas tersebut bernama, Mimsy. Meski buatan lokal namun tas tersebut bernuansa internasional. Bahkan sudah laku di pasar internasional seperti Amerika (New York, Los Angeles, Chicago), Jepang, Malaysia dan Singapura. Jika Anda ingin membelinya di Indonesia, tas yang satu ini tak bebas dijual di pasaran hanya bisa ditemukan di Grand Indonesia Shopping Town.
Mimsy, diproduksi oleh seorang wanita bernama Christina karena tidak puas pada merek-merek tas yang ada di pasaran. Sehingga dia pun menciptakan sendiri tasnya dengan desain yang elegan, unik, classic, dan funky.
Desain tasnya terbuat dari bahan yang terbaik seperti kulit tas dari Italia, kain lace Jepang dan Prancis. Sementara pita, sutra, beludru, hingga kristal dari Swarovski. Selain itu semua tas dan clutchnya juga dilapisi dengan bahan Suede Italia dan satin.
- Alfalink
Sebelum Alfalink muncul, jika ada pelajaran Bahasa Asing pastinya kita diperintahkan untuk membawa kamus yang tebal sekali. Bukan hanya berat namun ribet untuk mencari satu persatu kata dalam kamus.
Di tahun 1985, Pria asal Indonesia membuat sebuah kamus elektronik bernama Alfalink. Saat itu kamus elektronik ataupun internet belum secanggih saat ini. Sehingga Alfalink menjadi raja di pasar lokal. Apalagi kompetitornya saat itu masih langka hingga Alfalink nyaris menjadi pemain tunggal. Alfalink juga berhasil menjadi pelopor kamus elektronik bukan hanya di indonesia namun juga beberapa negara di Asia sehingga produk-produk sejenis mulai berdatangan seperti di China, Hongkong, Jepang dan Taiwan.
Kini meski kamus elektronik telah banyak dan sudah ada google translate yang canggih, Alfalink tetap memiliki tempat tersendiri di pasar Asia. Terbukti Alfalink menjadi kamus elketronik nomor dua setelah market leader di Singapura.
- Bagteria
Beberapa tahun lalu, tas bermerek Bagteria menjadi booming lantaran sering digunakan oleh selebritis dunia seperti Anggun, Paris Hilton, Emma Thompson, dan Putri Zara Philips. Perancang Bagteria, Nancy Go tak pernah menyangka karyanya banyak disukai oleh artis papan atas dunia.
Nancy, bersama sang suami memang sengaja menjual tas-tasnya ke luar negeri dengan alasan produk dalam negeri kurang dihargai di negeri sendiri. Dengan bermodalkan uang Rp100juta bersama sang suami dia mendirikan PT Metamorfosa Abadi dengan memperkerjakan lima orang karyawan.
Saat itu Nancy langsung mengarah ke pasar Hongkong. Tak malu-malu, Nancy keluar masuk toko menawarkan tasnya, Hingga di salah satu toko yang memborong 50 unit tasnya. Hingga tasnya menjadi laku keras dan menjadi buah bibir di kalangan atas Hongkong.
Selain Hongkong, Nancy pun merambah ke pasar Italia dengan cara door to door menawarkannya. Dan ternyata di Italia, tas Bagteria disejajarkan dengan Louis Vilton, Chanel dan Prada. Karena kesuksesannya di Italia, mengundang kesuksesan Bagteria juga di pasar Paris dan Amerika.
Nama Bagteria sendiri berasal dari nama bakteri, dengan harapan agar Bagteria bisa langsung mewabah seperti bakteri. Harga Bagteria memang terbilang mahal karena desainnya memang bukan sembarang, Nancy menggunakan teknik sulam, renda, payet yang dijahit tangan sendiri. Selain itu pernak-perniknya dibuat unik dan ekslusif.
Pernak-pernak yang digunakan juga bukan yang sembarangan seperti kristal Swarovski, sterling silver, gold platted, kulit ikan dari Islandia, kulit burung unta (ostrich), bahkan gading gajah purba (mammoth) yang sudah punah
13. Indomie
Bagi anak kosan pasti akrab dengan Indomie. Meski makanan murah meriah dan sering menjadi makanan candaan di kala tanggal tua ini, Ternyata Indomie justru menjadi makanan mahal di beberapa negara dunia. Di Jepang misalnya harga indomie mencapai Rp13.000, Korea Selatan Rp11.000, Amerika Serikat Rp9.000, Kanada Rp10.000, Inggris Rp7.000 padahal di Indonesia harga Indomie hanya Rp2.100.
Indomie sendiri telah di ekspor ke luar negeri sejak tahun 1992, yang sasaran utamanya saat itu adalah Hongkong, Taiwan dan Arab Saudi karena disana banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Selain itu Indomie juga menyasar pasar di Australia dan Amerika Serikat karena banyak pelajar Indonesia disana.
Kini lebih dari 25 tahun Indomie berkiprah di pasar internasional, Indomie sudah dikenal lebih dari 80 negara di Indonesia baik di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Amerika, Sudan, Libanon dan lain-lain. Bahkan Indomie sudah membangun pabrik di sejumlah negara seperti Malaysia, Saudi Arabia, Nigeria, Suriah hingga Mesir.