Mungkin Anda pernah mendengar nama merek sepatu Brodo. Sepatu yang memproduksi berbagai jenis sepatu kulit untuk pria itu ternyata milik seorang pengusaha muda asal Indonesia, Yukka Harlanda. Websitenya yang diberi domain www.bro.do memang terlihat sangat eye catchy dan mudah sekali diingat. Namun tahukah Anda bagaimana kisah sepatu Brodo karya anak Indonesia hingga bisa jadi besar seperti sekarang ini? Mari kita simak kisahnya berikut ini.
Berawal Dari Susah Mencari Sepatu
Pendiri sepatu brodo ini pada awalnya tidak terpikir sama sekali untuk membuka bisnis. Awalnya Muhammad Yukka Harlanda sedang sibuk mencari sepatu dengan ukuran kakinya, yakni 46. Ia pun mencoba mencari di Bandung yang merupakan pusat produksi sepatu lokal, namun ternyata sepatu untuk ukuran kakinya tidak tersedia.
Akhirnya ia menemukan sepatu dengan ukuran 46 di Jakarta, namun sayang harga yang dijual dirasa terlalu mahal. Dari situlah muncul ide untuk memproduksi sepatu sendiri dengan desain yang lebih baik dan lebih murah.
Modal Satu Juta Rupiah
Merasa senang dengan sepatu yang diproduksi akhirnya ia pun mencoba memproduksi lima buah pasang sepatu dengan modal 1 juta rupiah. Pria yang kala itu menempuh kuliah di ITB dengan jurusan teknik ini mencoba menawarkan sepatu buatannya kepada teman-teman kampusnya. Ternyata sepatu tersebut disukai oleh teman-temannya dan dibeli.
Setelah itu ia pun terpikir untuk berbisnis sepatu. Bersama temannya Putra Dwi Kurnia, pria yang akarab disapa Yukka ini pun mencoba bisnis sepatu dengan menciptakan 30 pasang sepatu dengan modal 7 juta rupiah. Pada awalnya ia menjual sepatu-sepatu itu pada keluarga, teman-teman dan kerabat dekat.
Nama Brodo Diambil Secara Tidak Sengaja
Bisnis sepatu yang dikembangan dua sekawan ini sudah bermula sejak tahun 2010. Namun ada yang unik dari nama merek yang dipilih. Nama Brodo diambil secara tidak sengaja saat Yukka sedang membaca komik yang berbahasa Italia lalu muncul kata Brodo yang ternyata artinya adalah Kaldu dalam bahasa Itali.
Ia pun menawarkan temannya untuk menggunakan nama tersebut karena ada kata ‘BRO’ pada kata brodo. Sebab Yukka dan Putra sama-sama laki-laki, begitu juga dengan target pasar mereka yang laki-laki maka akhirnya kata Brodo dipilih sebagai merek dagang mereka.
“Jangan Pernah Takut Dengan Ekonomi Yang Lambat Karena Untung Masih Besar, Tetap Semangat dan Semoga Terinspirasi.” – Yukka Harlanda.
Mengalami Kendala Saat Mulai Berbisnis
Yukka dan temannya tidak tahu bahwa persaingan dalam bisnis sepatu termasuk sengit, karena memang sudah banyak pemainnya. Setiap pebisnis sepatu pasti akan menjaga vendornya agar tidak memproduksi untuk orang lain.
Mau tidak mau Yukka harus berjuang mencari vendor yang sesuai, akhirnya ia menemukan vendor pembuat sepatu yang dirasa cocok dan sesuai. Untuk desain, mereka mencontoh produk buatan luar yang sudah dimodifikasi sehingga harganya jauh lebih ramah di kantong. Ia pun mencoba menjual produk buatannya secara online.
Memperlakukan Pembeli Seperti Teman
Saat sudah mulai banyak pesanan Yukka tidak lantas menjadi lupa terhadap pelayanannya pada pelanggan. Ia tetap menjaga mutu dan kualitas produknya, bahkan pernah suatu waktu ada banyak pesanan yang datang mendekati lebaran.
Yukka yang saat itu menerapkan sistem pre order dalam usahanya pun mengambil semua kesempatan yang datang, dengan mematok waktu pengerjaan selama 30 hari. Pada akhirnya ada sekitar 60% pesanan yang reject. Yukka saat itu bingung bukan kepalang.
Namun karena berniat untuk membuat bisnis dalam jangka panjang, ia pun menjelaskan kepada pelanggannya satu persatu mengenai kondisi sebenarnya. Lalu ia juga memberikan kompensasi untuk para pelanggannya agar mereka senang dengan memberikan sepatu, dompet ataupun voucher gratis.
Memanfaatkan Digital Marketing
Sepatu brodo kini sudah sukses dengan memiliki 3 cabang di daerah Jakarta dan Bandung. Pada awalnya Yukka memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Kaskus, Twitter dan lain sebagainya. Hingga akhirnya Ia bisa menciptakan website sendiri yang diberi domain www.bro.do.
Menjalankan strategi bisnis online juga bukan berarti Yukka lupa dengan pemasaran offline. Ia berusaha membawa Brodo ke ajang pameran, dititipkan ke distro, department store dan lain sebagainya.
Namun karena permintaan lebih besar secara online maka saat ini Yukka lebih fokus mengembangkan bisnisnya dengan digital marketing. Strategi great design, great service rupanya berhasil membuat Brodo makin diperhitungkan di kancah fashion Indonesia. (Goukm.id/Ratna Juwita)