Awalnya Nurhayati Ika Prastiwi hanyalah pegawai kantoran menjadi seorang admin di salon terkenal di Jakarta. Namun saat ia menikah dan memiliki seorang anak, dia memutuskan untuk resign dan menjadi ibu rumah tangga saja.
Ternyata wanita lulusan IT ini bosan juga menjadi ibu rumah tangga saja. Dan ingin memiliki penghasilan sendiri akhirnya, wanita yang akrab di panggil Nip ini, mencoba peruntungan jual beli pakaian muslimah, gamis. Ia memulai dengan pesanan dari beberapa tetangga kemudian dia belikan ke pasar. Untungnya memang tak seberapa namun semakin kesini semakin banyak tetangga yang memesan kepadanya. jadi Nip semakin percaya kedepannya usahanya pasti meluas dan untungnya besar.
Baca Artikel Terkait, Bisnis Keripik Pisang
Ternyata benar, usahanya semakin berkembang terbukti dengan adanya beberapa reseller offline milik dirinya. Namun sayang para reseller yang awalnya rutin membayar setoran hasil penjualan justru satu persatu menghilang ketika mereka telah berhasil memiliki pelanggan sendiri. Ada yang tiba-tiba tak ada kabar tahu-tahu pindah kontrakan, ada yang pura-pura tak kenal padahal rumahnya tak berjauhan, ada yang sembunyi bahkan ada yang belok arah ketika papasan dijalan.
Ibu dua orang anak ini bingung, mengapa ini terjadi padahal diawal baik-baik saja. Memang kesalahan pada dirinya yang tak tega untuk menagih. Dan perjanjian diawal memang para reseller tak akan ditagih tapi inisiatif membayar uang setoran sendiri.
Tapi ternyata itu justru dimanfaatkan. Hingga usahanya bangkrut dan meninggalkan utang Untungnya suaminya yang berprofesi sebagai video editing ini bersedia membayar. Nip pun merasa gagal, trauma untuk berjualan dan memutuskan kembali ke kampung halaman.
Mencoba Bangkit dari Keterpurukan
Tapi ternyata trauma terhadap kegagalan tak berlangsung lama. Dia justru ingin kembali berbisnis ketika memegang uang THR anak sulungnya, Azam yang berjumlah 500 ribu rupiah. Menurutnya meski modal tak besar tapi sepertinya jika serius untuk dikembangkan akan mendapatkan keuntungan.
Suaminya sempat mencegah karena khawatir akan kembali bangkrut. Namun Ibu daria Azam dan Almira ini berhasil meyakinkan suaminya bahwa usahanya berjalan lancar. Apalagi bisnis yang dipilih adalah bisnis online yang barang tak akan dikirim jika belum ada uang yang transfer. Sehingga kemungkinan akan membuakan hasil.
Dengan uang 500 ribu rupiah tersebut dia belikan beberapa buah gamis yang kemudian dia jual lewat media sosial. Ternyata benar tak lama kemudian keuntungan hingga Rp 1 juta-2 juta per hari. Yang kemudian dia belikan gamis lagi untuk dijual lewat dunia maya.
Menurutnya Nip, bisnis online tak sesulit berjualan offline dan lebih menguntungkan. Yang penting kita jujur dengan barang yang akan dijual, pastinya pembeli tak akan kapok membeli produk kita. Nip pun mempunyai trik khusus agar gamisnya laku terjual.
Dia menggunakan taktik dengan menggunakan foto sendiri, bukan foto model yang biasa digunakan oleh para penjual online. Dengan model sebuah patung yang dipajang di depan pagar tetangganya dia mulai berjualan gamisnya. Sehingga para pembeli merasa itu gambar sesuai dengan aslinya bukanlah foto rekayasa yang bisa diambil dari mana saja.
Selain itu, jika barangnya ada cacat asal tidak lebih dari sebulan Nip akan memberikan garansi dengan cara mengganti atau membayar uang vermak di kota pembeli. Namun dengan syarat, begitu barang sampai harus difoto di mana letak cacatnya. Begitu pula jika ukurannya tidak sesuai dengan pemesanan maka bisa ditukar. Namun jika ternyata kesalahan dari pembeli seperti salah memilih ukuran ia tidak tak akan melayani keluhan tersebut.
Karena semakin lama usahanya berjalan lancar, dia pun merambah bisnisnya bukan hanya gamis namun juga kaos kaki dan khimar. Dan mulai berani melabelkan toko onlinenya dengan nama Nhip Syauqi, yang dalam sehari bisa menghasilkan uang 6-7 juta perhari yang kemudian dia putar kembali untuk berjualan. Kini dalam sebulan omzet bersih yang didapat dari Nhip Syauqi mencapai Rp 5 juta.
Namun beberapa bulan ini agak menurun karena dia baru saja melahirkan hingga tak fokus berjualan. Padahal bulan sebelumnya keuntngan yang dia dapatkan bisa mencapai Rp 10-15 juta perbulannya. Dan kini dia sudah memiliki 25 reseller online dan 5 reseller offline. Selain itu dia juga dibantu suami dan adiknya dalam berjualan. Namun ketika pemesanan meningkat maka dia pun menyewa karyawan freelance harian.
Nip pernah kewalahan saat pemesanan meningkat, dia juga pernah tak bisa memenuhi permintaan karena stok sudah habis terjual. Biasanya yang tak bisa dia penuhi ketika ada permintaan baju seragam. Biasanya konveksi tempat biasa Nip memesan tak bisa melayani karena sudah full orderan.
Nip sendiri biasa mengambil gamis dari produsen gamis yang terletak di Cipadu yang memang sudah terkenal dengan produsen kain berkualitas. Sedangkan untuk kaos kaki, Nhip memesannya dari pabrik kaos kaki.
Pemasaran Hingga Negara Tetangga
Nip tak menyangka usahanya yang pernah bangkrut justru sekarang berkembang pesat. Langganannya pun kini mulai banyak, bukan saja dari Indonesia namun juga dari beberapa negara tetangga seperti, Singapura, Hongkong, Malaysia, Arab Saudi, Qatar dan Korea.
Untuk Indonesia sendiri, ternyata yang sering memesan justru di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sumatera. Karena ternyata harga gamis di toko yang bisa mencapai satu juta rupiah bisa mereka beli di Nhip Syauqi hanya dengan seratus tiga puluh ribuan rupiah saja. Beda jauh bukan? Makanya mereka lebih memilih berbelanja online saja.
Nip tak ingin kisah kebangkrutan usahanya berulang namun dia juga tak ingin jika terlalu perhitungan. Sehingga para resellernya bisa memilih kapan mau menyetorkan uang hasil penjualan, bisa harian, mingguan atau bahkan bulanan. Sehingga lebih teratur dalam pemasukkan.
Nip bersyukur meski hanya ibu rumah tangga dia mampu berkerja juga. Menurutnya berkerja online semacam ini bukan hanya uang yang didapat namun juga bisa fokus merawat keluarga. Dia juga masih bisa menimba ilmu agama di pesantren Mahad Daarul Muwahid dekat tempat tinggalnya di daerah Srengseng Kembangan Jakarta Barat.
Bagi Nip kebangkrutan hanyalah sebuah proses pembelajaran justru karena pernah bangkrut dia justru mendapatkan banyak pembelajaran. Hingga akhirnya dia mendapatkan banyak keuntungan dibandingkan usahanya yang dulu gagal. Dan berkat usahanya bersama suaminya berhasil membangun rumah di Semarang.