Siapa bilang yang namanya kampung pasti tertinggal. Tidak juga karena Tegal Waru, salah satu kampung di Kota Bogor kini justru menjadi Kampung Percontohan. Namanya mencuat sejak Tegal Waru dijadikan Kampung Wisata Bisnis oleh Tatiek Kancaniati.
Jika melihat Tegal Waru beberapa tahun lalu pasti tak akan menyangka jika desa ini akan maju seperti ini. Karena dahulu Tegal Waru adalah daerah yang tertinggal. Jangankan wisatawan, pemerintah pun enggan meliriknya.
Daerah ini dulunya kebanyakan masyarakatnya berprofesi sebagai Tenaga Kerja Indonesia, karena kebanyakan dari mereka putus sekolah, permasalahan pernikahan dini sehingga sulit mendapatkan pekerjaan dan mengharuskan menjadi tenaga kerja luar negeri.
Namun kini kampung ini menjadi daerah yang tersohor bahkan menjadi daerah rujukan karena sekarang desa ini telah dijadikan Kampung Wisata Bisnis yang mulai dikenal oleh Wisatawan dari berbagai daerah. Mulai dari mahasiswa, ibu-ibu PKK, majelis taklim, pebisnis hingga anak-anak sekolah berdatangan untuk belajar di sana.
Meskipun letaknya jauh dari keramaian tak menyurutkan para wisatawan untuk berkunjung kesana. Bukan hanya untuk melepas penat namun juga mendapatkan inspirasi bagaimana agar bisa berbisnis meski di daerah terpencil sulit dari akses transportasi.
Tatiek Kancaniati, Tak Ingin Kaya Sendirian
Majunya desa disebalah barat Kabupaten Bogor ini tak terlepas dari tangan dingin Tatiek Kancaniati dan suaminya yang merupakan seorang yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat di Dompet Dhuafa. Wanita kelahiran 1 Oktober 1974 ini bersama sang suami pulang ke kampung halaman sebenarnya bukan untuk mengabdikan diri ke desanya.
Melainkan karena jenuh ditambah lagi sang anak yang terkena flek di paru-parunya sehingga membutuhkan udara segar. Dan mereka memilih untuk pulang ke kampung kelahiran Tatiek. Ketika pertama kali pulang, Tatiek seperti menjadi orang asing. Perasaannya itu terjadi karena dia terlalu lama hidup di kampung orang, setelah menikah tujuh tahun dia tinggal di Depok. Belum lagi selama kuliah dia kebanyakan di Kota Bogor, bukan di Kampung Kelahirannya.
Meski merasa asing, tak menyurutkan tekad Tatiek untuk bersosialisasi dengan warga kampungnya. Dan inspirasi pun muncul ketika sang suami mendorong dirinya menjadi seorang penggerak lingkungan seperti yang telah dia lakukan di Depok.
Tatiek manjadi sosiopreneur, seorang enterpreneur yang berjiwa sosial. Yang ingin kaya namun tak ingin kaya sendirian. Meski konsepnya bagus dan ingin mengembangkan di tempat kelahirannya namun ternyata itu tak mudah. Karena bisa dibilang dia orang baru yang belum punya pengaruh yang banyak apalagi usianya yang masih mudah dibandingkan dengan tokoh-tokoh masyarakat disana.
Sehingga pengaruhnya bisa dibilang tak ada. Namun karena tekadnya yang kuat ingin mengubah garis kemiskinan di desanya. Bersama sang suami ibu dari tiga orang anak ini melakukan pendekatan-pendekatan dengan berbagai tokoh masyarakat di desa tersebut.
Dimulai dengan silaturahmi ke lurah lalu camat dan mensosialisasikan programnya untuk memajukan kampung ini dengan mengajak masyarakat desa. Setelah melakukan sosialisasi dengan Camat, dia berhasil mendapatkan 60 tanda tangan warga sebagai bukti dukungan terhadap program ini. Sehingga program Kampung Wisata Bisnis Tegal Waru pun bisa berjalan.
Tegal Waru pun mulai menjadi kampung Wisata Bisnis sejak tahun 2010 dimana saat itu Yayasan KUNTUM yang dibuat oleh Tatiek mengadakan acara Ngabuburit Kreatif sebuah program yang diisi dengan pelatihan keterampilan mulai dari daur ulang kertas, mute karil, sulam pita, pernak pernik terigu hingga kiat sukses ibadah selama mengisi bulan ramadhan.
Ternyata program yang dibuat di bulan ramadhan tersebut mendapat apresiasi dari masyarakat hingga akhirnya Tatiek kepikiran untuk membuat acara serupa di bulan-bulan berikutnya. Namun ternyata tak mudah mengenalkan program ini ke masyarakat niat baik ini justru disambut tak baik.
Karena ada oknum-oknum pemerintah yang justru ingin merusak citra program ini. Oknum pemerintah tersebut menggalang masa untuk menghadang para wisatawan yang ingin melakukan pelatihan disana dengan menyebarkan isu bahwa yayasan yang dibuat Tatiek ilegal dan bisnis tersebut hanya memanfaatkan masyarakat dan hasilnya untuk kekayaan pribadi. Padahal hal tersebut tidak benar sama sekali, masyarakat justru terbantu dengan konsep sosiopreneur yang dia bangun bersama suaminya.
Setiap RW di Tegal Waru Memiliki Usaha Sendiri
Tegal Waru bukanlah seperti Kota Bogor yang ramai, transportasinya bisa dibilang amat jarang. Agak sulit akses kesana berada di daerah Gunung Salak Endah, di sebelah barat Kabupaten Bogor.
Dan kini kampung ini tak miskin lagi karena masyarakatnya kini mayoritas berwirausaha, 60 persennya bergerak menjadi UKM yang memproduksi tas sedangkan sisanya ada yang olahan tanaman obat, kerajinan daur ulang kertas, industri golok, pacul bilik, ternak kelinci, pembibitan ikan, produksi yoghurt, produksi permen dan the rosela, kerajinan jaket, sandal, wayang golek, pernak pernik terigu (clay), dan lainnya.
Desa yang memiliki jumlah penduduk kurang lebih 12.123 jiwa ini sebagian besar berkerja menjadi petani dan berwirausaha. Dan secara monografi desa ini terdiri dari 6 RW dan 38 Rt yang masing-masing dari RW memiliki usaha sendiri.
RW 01 mayoritas mata pencaharian keluarganya adalah sebagai pengrajin anyaman bambu dan bilik. Sedangkan RW 02 terdapat pengrajin pandai besi dan pesanan golok ukir. Untuk RW 03 karena wilayahnya yang masih luas oleh lahan pertanian, menjadikan warga RW 03 ini menggarap lahan mereka dengan tanaman obat, buah dan tanaman hias.
Sementara di RW 04 telah berbagai industri pembuatan selai kelapa dan pembiakan ikan patin. Dan dari limbah indusri selai kelapa, berpotensi melahirkan aneka usaha seperti briket arang, nata de coco dan hiasan/aksesoris.
Tak hanya itu di RW 05 pun terdapat industri rumahan berupa pengolahan kecap, cuka, saus dan minuman orson meskipun menggunakan media produksi yang sangat sederhana tapi bisnis ini telah mampu memberikan income keluarga yang cukup menjanjikan. Sedangkan di RW 06 masyarakat mayoritas sebagai pedagang dan tukang bangunan tapi di beberapa area terdapat budidaya tanaman DAS yang telah cukup diakui banyak
Tegal Waru Banyak yang Melirik Sekarang
Kini kampung bisnis tersebut sudah memiliki program seperti Training Enterpreneur yakni kegiatan berupa pengenalan terhadap perekonomian UKM, pemberdayaan lingkungan di masyarakat serta motivasi enterpreneur.
Program Charity Creativity Adalah suatu rangkaian kegiatan Pelatihan aneka kreatifitas berupa: Pelatihan membuat aneka asesoris dari daur ulang kertas dan gedebong pisang, pelatihan asesoris dari tepung terigu, Pelatihan sulam pita dan rajutan, pelatihan olahan aneka tanaman obat, Produksi nata de coco, Budidaya Jamur Tiram, Aneka olahan kerupuk, peternakan sapi, domba dan kelinci. Dan program yaitu Outbound on The Road, kegiatan outbound yang memadukan berbagai permainan ala kampoeng dengan model outbound modern.
Kampung ini pun kini menjadi tempat pelatihan seperti pelatihan usaha kerupuk, pelatihan usaha budidaya jamur tiram, pelatihan usaha budidaya tanamana obat, pelatihan bisnis tas, pelatihan usaha handycraft daur ulang kertas, pelatihan usaha nata de coco, pelatihan usaha dan pelatihan budidaya ikan patin.
Salah satu daerah di Jawa Barat ini kini juga sudah dilirik pemerintah dan pihak swasta seperti Telkom yang sudah masuk kesana, sejak bulan Juli Tegal Waru sudah masuk ke dalam Kampung Digital. Desa ini pun sudah mendapatkan bantuan berupa mobil dari Ikatan Alumni ITB (IAITB).
Sepertinya pasangan suami istri sosiopreneur tersebut berhasil mengubah Tegal Waru yang tadinya Kampung Miskin Menjadi Kampung Percontohan yang bernama Kampung Wisata Bisnis.