Tuesday, December 3, 2024
spot_img
HomeTips UKMLampung BerKebun, Bisnis Pertanian Organik yang Lumayan

Lampung BerKebun, Bisnis Pertanian Organik yang Lumayan

Tak sedikit sarjana pertanian yang lebih memilih bekerja di perkantoran dibandingkan dengan bekerja sesuai dengan profesinya. Alasannya karena bekerja di bidang pertanian selain tak menjanjikan juga rendahan, sehingga menyebabkan banyak sekali petani miskin di Indonesia.

Namun berbeda bagi Bagus Prambudi, dirinya justru lebih tertarik berbisnis di bidang pertanian walaupun di awal tak mendapatkan keuntungan. Belum lagi bisnis di bidang pertanian memang tergantung oleh musim sehingga tak setiap saat bisa panen dan mendapatkan uang.

Namun Bagus yakin persepsi yang selama ini berkembang di masyarakat salah. Dirinya ingin membuktikan sendiri, dia yakin bisnis di bidang pertanian pasti akan menghasilkan. Hingga beberapa kali dia ditawari pekerjaan di kantoran kemudian dia menolak. Salah satunya ketika dia ditawari di sebuah perusahaan media pertanian nasional di ibu kota. Dia justru memilih membuka usaha saja yang dia beri nama Bumi Daya Lampung.

Meskipun saat itu baru usaha kecil-kecilan, namun Bagus yakin usahanya akan besar. Kesabarannya pun terbayar, setelah beberapa tahun melakoni usahanya, gaji atau hasil yang diterimanya memang lebih besar dibandingkan dengan bekerja kantoran. Usaha yang dia jalankan rata-rata bisa menjual hasil panen hingga 12 ton per tahun dengan omzet 200 juta rupiah.

Usaha yang lebih dikenal dengan Lampung Berkebun ini bukan hanya bergerak di bidang jual hasil bumi dan buah, namun juga bibit tanam, peternakan, dan angsuran kurban. Bagus sendiri bertindak sebagai penghubung antara konsumen dengan produsen atau antara pembeli dan petani. Yang dia bisniskan lebih cenderung ke produksi hortikultura (buah-buahan dan sayuran). Keunikan usahanya yakni produknya segar dan organik, jadi tidak menggunakan bahan kimia dalam pengolahannya.

Sedangkan untuk bidang peternakan, dia menerapkan sistem cicilan atau tabungan bagi konsumen khusus untuk program Idul Adha dan aqiqah. Sistem angsurannya pun juga bebas riba. Harga produk yang dia tawarkan ada tiga jenis, pertama untuk Grade A per kilonya Rp 16.000, grade B Rp 15.000,  dan Grade C Rp 14.000.

 Modalnya Hanya Kedekatan Personal

Usaha yang dimulai bagus sejak tahun 2012 tersebut sebenarnya tak menggunakan modal uang tetapi bermodalkan  kedekatan personal saja. Dimulai dari seringnya ngobrol mengenai pertanian dan lama-kelamaan menjadi dekat dan akhirnya dirinya dipercaya menjadi partner kerja. Tak hanya itu, terkadang Bagus turut membantu dosen atau teman-temannya dalam melakukan penelitian pertanian. Makanya terkadang dia mendapatkan fee dari hasil tersebut.

Selain itu Bagus juga rajin menghadiri acara festival pertanian dan setelah festival biasanya dia memposting event tersebut di media sosial. Karena seringnya memposting sebuah event, membuatnya beberapa kali dihubungi klien untuk menyuplai hasil pertanian yang di posting ke beberapa swalayan di Jakarta. Padahal saat itu dirinya hanya iseng memposting bukan untuk berjualan apalagi hingga ke swalayan ibu kota.

“Saya pernah bilang saya tidak punya uang sama sekali akhirnya buyer tersebut mempercayai saya kemudian dia memberikan modalnya secara cuma-cuma ke saya tapi kadang terkendala di petani kadang tidak bisa menyesuaikan standar yang diinginkan oleh kita,” terang Pemuda kelahiran 1 Maret 1988 di Tulung Agung, Jawa Timur ini.

Curi-Curi Waktu Kuliah Untuk Belajar Kepada Petani

Sejak kuliah, lulusan Hortikultura Universitas Lampung ini memang sudah tertarik dunia agribisnis. Dirinya sering mencuri waktu di sela-sela jeda kuliah untuk mengunjungi para petani untuk belajar kepada mereka. Mengamati bagaimana cara mereka bercocok tanam hingga cara memasarkan.

Bagus pun pernah menjadi petani secara langsung untuk menanam rumput dan tanaman hias lainnya di Maison France (Rumah Perancis) milik Bule Perancis yang menjadi Guru Bahasa Perancis di Universitasnya. Meskipun saat itu dia masih kuliah dan upah yang didapat tidak seberapa, yang penting pengalaman yang didapat.

Kini Bagus tak lagi mencari pengalaman, namun berbagi pengalaman. Selain bisnis pertanian, dia juga membuka usaha pembinaan petani atau masyarakat yang bergerak di bidang pertanian dan peternakan. Dengan begitu, Bagus benar-benar ingin mengubah persepsi masyarakat bahwa menjadi petani pun bisa sukses, tak miris seperti berita-berita di televisi. Asal para petani mau belajar untuk berbisnis sehingga tak tertipu para ijon lagi.

Nely Merina
Nely Merina
Mengawali karir dari lembaga Pers Mahasiswa. Bergabung denga tim riset untuk menulis berbagai buku. Hobi Photography punya Moto Hidup “Berbagi itu Kesenangan”
RELATED ARTICLES