Fintech app atau finasial teknologi merupakan istilah di ranah keuangan yang tengah populer. Fintech adalah sebuah inovasi yang mengadaptasi teknologi internet dengan bidang finansial. Konsep layanan keuangan ini mulai jadi sorotan di tahun 2015 ditandai dengan munculnya Asosiasi Fintech Indonesia (AFI). Adanya konsep layanan ini diharapkan dapat menghadirkan proses transasksi yang kian mudah, praktis dan aman.
Benar saja, kini fintech di Indonesia telah mendukung hampir setiap kebutuhan finansial masyarakat, salah satunya adalah memberikan layanan pinjaman untuk pengusaha yang mudah. Melihat pengaruh yang positif ini pemerintah pun mendorong pemanfaatan fintech, dikutip dari laman Kontan.co.id Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan menggandeng perusahaan teknologi finansial untuk meningkatkan pembiayaan UKM dan layanan keuangan lainnya. Hal ini karena fintech dianggap bisa lebih cepat menjangkau beberapa UKM terutama yang belum tersentuh perbankan.
Seberapa berpengaruh fintech bagi pelaku usaha?
Sulitnya mendapatkan permodalan menjadi kendala pertama yang dihadapi oleh UMKM. Meskipun pemerintah sudah membuat program pinjaman seperti KUR atau Kredit Usaha Rakyat, tapi karena banyaknya kompetisi maka memperolehnya pun tidak mudah. Tidak hanya itu saja, masalah akses perbankan juga jadi kendala bagi pelaku usaha.
Pasalnya akses perbankan masih belum mereta, sehingga masih banyak UMKM yang tidak bisa memperoleh layanan keuangan. Data menunjukan bawa saat ini UMKM Indonesia masih kekurangan pinjaman modal usaha untuk mengembangkan binsis. Tercatat kebutuhan kredit bagi UMKM sebesar Rp 1.700 triliun per tahun di Indonesia. Sementara lembaga keuangan yang ada hanya dapat memenuhi Rp 700 triliun dari kebutuhan tersebut.
Dengan begitu, fintech dapat menjadi jawaban atas persoalan kebutuhan akses pinjaman modal usaha tersebut. Selain kemudahan mengajukan pinjaman, masalah keamanan pun telah dijamin oleh pemerintah. Dewasa ini perusahaan yang memberikan pinjaman modal usaha online telah dijamin keamanannya, dengan berdirinya Fintech Technology Office oleh Bank Indonesia. Melalui lembaga ini, Bank Indonesia bisa mengawasi dan mengatur regulasi mengenai fintech di Indonesia.
Macam-macam Jenis Fintech Pinjaman Online
Ada beberapa macam jenis fintech dalam hal permodalan. BI mengklasifikasikan fintech ke dalam 4 kelopok yaitu:
- Marketplace finansial (Crowdfunding dan peer-to-peer)
- Market aggregator
- Risk dan Investment management
- Terakhir, payment settlement dan clearing.
Untuk kaslifikasi fintech marketplace finansial dan market aggregator yang dapat digunakan oleh pengusaha untuk memperoleh permodalan. Di sektor marketplace finansial, memungkinakan peminjam bertemu dengan pemilik modal, salah satu contohnya adalah crowdfunding.
Mengenal fintech crowdfunding
Istilah pendanaan crowdfunding melalui online telah dikenal di Amerika sejak 2009 yang menitikberatkan pada partisipasi masyarakat untuk menyumbang sejumlah dana guna mewujudkan suatu ide atau proyek. Tidak berbeda konsep pendanaan crowdfunding di Amerika, di Indonesia sistem pendanaan ini digunakan untuk membiayai suatu proyek atau usaha yang kiranya menguntungkan bagi pemilik modal.
Ada tiga pihak utama yang menjalankan crowdfunding pertama adalah yang memiliki ide atau proyek dalam hal ini yang membutuhkan pendanaan. Pihak ini sering disebut dengan inisiator, creator atau fasilitator. Kedua adalah pihak yang mendukung ide tersebut atau tertarik dengan produk yang dihasilkan dari proyek tersbut. Pihak ini mengalurkan dana ke pihak pertama. Pihak ketiga adalah perusahaan yang menyediakan platform crowdfunding. Platform ini akan menjadi tempat pihak pertama mendefinisikan idenya serta target pendanaan. Juga platform untuk menjamin transaksi yang aman untuk pemberi dana.
Secara umum crowdfunding terbagi menjadi 3 jenis, yaitu equity crowdfunding (crowdfunding berbasis equitas), donation crowdfunding (crowdfunding berbasis donasi) dan debt crowdfunding (crowdfunding berbasis utang).
– Crowdfunding berbasis equity adalah jenis pendanaan bersama untuk mendonasikan bisnis tau proyek dengan menukarkan kepemilikan saham atau kepemilikan bagian dari bisnis atau proyek. Jenis ini cock digunakan untuk wirausaha, pemilik bisnis dan perusahaan baru (startup). Pihak yang termasuk ke dalam pemberi danannya disebut dengan pemilik saham (stock holder, share holder).
– Crowdfunding berbasis donasi adalah jenis pendanaan bersama untuk sebuah proyek atau bisnis dengan penukaran nilai (value) yang lebih berharga selain uang, misalnya rasa bangga telah berpartisipasi, barang jadi dan lainnya. Jenis pendanaan ini biasa digunakan untuk penemu, pembuat film, pemusik, penulis atau perusahaan-perusahaan non ptofit. Pemberi dana pada platrom ini umumnya adalah filantrofis, penemu, pencinta gadget, pencinta music dan film.
– Crowdfunding berbasis utang merupakan pendanaan yang meminta kerumunan untuk mendonasikan bisnis atau proyek dengan bunga utang atau keuntungan finansial lain tergantung ketentuan yang diberikan.
Crowdo
Crowdo adalah layanan pendanaan berbasis ekuitas yang pertama kali diluncurkan di singapura sejak 2012. Layanan ini adalah pionir platform pinjaman dengan konsep bisnis P2P di Asia tenggara. Crowdo baru saja diresmikan di Indonesia pada tahun tahun ke empat setelah peluncuran layanan mereka. Melalui situsnya pemilik modal dapat meminjamkan modal kerja ke banyak bisnis di Indonesia yang masih belum terlayani oleh perbankan. Bila dilihat dari jumlah investornya, saat ini crowdo sudah menghimpun lebih dari 30 ribu anggota yang tersebar di 70 negara. Tercatat total pinjaman yang telah disalurkan sekitar RP 200 miliar. Sementara, rincian jumlah UKM yang telah di danai sekitar 1.200 UKM dengan besaran rata-rata pinjaman per UKM sebesar Rp 200 juta.
Akseleran
Meski masih baru, namun Akseleran pede layanannya dapat menadi solusi alternatif untuk pengusaha yang berkutat di Usaha Kecil Menengah (UKM). Perusahaan rintisan di bidang fintech yang baru meresmikan layananya pada bulan Oktober 2017 memfokuskan diri untuk permodalan pengusaha kecil yang tidak bisa mengakses layanan perbankan. Melalui Akseleran pelaku UKM dapat mengajukan pinjaman hingga Rp 2 miliar dengan bunga mulai dari 6.53 persen per tahun.
Tidak hanya itu saja, Akseleran pun memberikan kesempatan bagi investor yang ingin berinvestasi dengan nominal yang kecil, yaitu Rp 100 ribu. Dari besar modal yang ditanamkan, nantinya investor akan mendapatkanimbal hasil sebesar 11.75 persen hingga 30 persen per tahun. Dari imbal hasil tersebut Akseleran hanya akan mengembil komisi sekitar 0,25 persen hinga 1 persen tergantung lama waktu pengambilan pinjaman yang ditanggung oleh peminjam.
Amartha
Telah terbentuk sejak 2010 sebagai Lembaga Keuangan Mikro, kini Amartha telah tumbuh menjadi fintech peer to peer lending yang dapat menghubungkan pengusaha mikro dengan pemodal secara online. Saat ini bahkan dikabarkan Amartha telah menyalurkan lebih dari Rp 30 miliyar rupiah untuk pengusaha di perdesaan yang kesulitan mendapatkan layanan perbankan. Sementara total usaha yang telah dibiayai sekitar 20 ribu nasabah dalam kurun waktu kurang dari 6 tahun berjalan.
Mekar
Platform P2P Lending yang merupakan anak perusahaan dari Sampoerna Tbk ini sudah berhasil menghimpun 3 ribu wirausaha dan 300 invsetor. Pencapaian yang luar biasa ini ditambah dengan besarnya jumlah UKM yang telah di danai dan dibina oleh Mekar. Total sudah ada 766 pemilik usaha UKM yang tersebar di Indonesia. Jumlah pinjaman yang sudah tersalurkan terhitung mencapai Rp 39 miliar pada tahun 2016.
Gandeng Tangan
Gandeng Tangan menggunakan konsep crowdlending, di mana dana yang disumbangkan oleh donator akan dikembalikan lagi secara berkala oleh para peminjam dengan return hingga 12% per tahun. GandengTangan pun menyeleksi usaha yang akan didanai melalui platformnya. Untuk itu pelaku usaha sosial yang ingin menggunakan layanan ini perlu mengajukan proposal dan memenuhi beberapa persyaratan. Misalnya memiliki model bisnis atau alur pemasukan yang jelas, minimal sudah berjalan selama 6 bulan dan tidak dalam kondisi gulung tikar.
Dengan layanan ini para pemilik usaha tidak akan dikenakan bunga pinjaman . Namun GandengTangan akan mengambil potongan sebesar lima persen dari total pinjaman yang diterima pengusaha. Di samping itu para donatur yang berniat memberikan donasi bisa melakukan deposit awal sebesar Rp 50 ribu. Selanjutnya, dana yang telah diinvestasikan akan dikembalikan secara otomatis ke donatur.
Kita Bisa
Kita Bisa merupakan salah satu situs crodfunding pertama yang ada di Indonesia. Situs ini menggunakan konsep layanan crowdfunding berbasis reward atau donasi. Di mana pemberi dana mendapatkan imbal hasil berupa penghargaan, barang atau bentuk lainnya selain uang. Di dirikan pada tahun 2013, Kita Bisa menerima pencari donatur untuk berbagai proyek, baik di bidang teknologi kreatifitas, komunitas hingga bisnis UMKM.
Melalui platform ini, penggalang dana tidak hanya dapat mendeksripsikan proyek atau ide yang akan dilaksanakan tapi juga mengirimkan laporan menyeluruh mulai dari financial sampai perkembangan proyek yang telah didanai ke donatur. Dihimpun dari beberapa sumber sepanjang tahun 2017 pengguna KitaBisa telah mencapai hingga 500 ribu orang dan tercatat 183 ribu orang diantaranya pertama kali berdonasi. Total lebih dari Rp 193 miliar donasi terkumpul melalui layanan ini.
Indves
Bagi yang enggan memperoleh pinjaman dengan sistem riba, platform p2p lending satu ini solusi alternatifnya. Indves merupakan salah satu platrom yang pendanaan dan investasi berbasis syariah, Sebagai platform crowdfunding bersyariat Islam, pemilik modal akan memperoleh keuntungan dengan skema bagi hasil di mana besaran yang didapat tergantung pada besar keuntungan atau kerugian usaha tersebut.
Sampai saat tulisan ini dibuat, indvest telah mengimpun lebih dari 3217 investor dan 397 UKM yang terdaftar dan menggunakan platformnya. Sementara jumlah dana yang disalurkan kurang lebih sebesar Rp 1 miliar.