Friday, November 22, 2024
spot_img
HomeTips UKMMuda dan Mapan, Inilah Daftar 5 Pengusaha Muda Indonesia dan Cara Mereka...

Muda dan Mapan, Inilah Daftar 5 Pengusaha Muda Indonesia dan Cara Mereka Bisa Menggapai Kemapanan

Muda dan Mapan, Itulah 5 Pengusaha Muda Indonesia. Bagaimana cara Mereka Bisa Menggapai Kemapanan di Usia Muda, Mari Baca Kisahnya !

Bisa sukses di usia muda pastinya diinginkan semua orang. Namun untuk menjadi pengusaha muda Indonesia tentulah tak mudah. Pastinya banyak pengorbanan yang  harus dikeluarkan. Mulai dari waktu, tenaga, pikiran hingga modal.

Pengusaha muda tak pernah terjatuh siapa bilang, justru pengusaha muda Indonesia kebayakan mengaku pernah gagal namun mereka mencoba bangkit dari kegagalan dan meneruskan kembali bisnisnya yang pernah gagal.

Lalu bagaimana cara mereka bisa sukses. Berikut kisah jatuh bangun 13 pengusaha muda Indonesia hingga mencapai kesuksesan di usia muda.

  1. Hafiza Elfira Nofitariani, Berwirausaha Untuk Membantu Mantan Penderita Kusta

Gadis kelahiran Jakarta, 22 September 1990 ini ternyata bukan hanya cantik dan berprestasi dan sukses diusia belia namun memiliki jiwa sosial yang tinggi. Gadis berusia 25 tahun ini kini menjabat sebagai Directour of Nalacity Foundation yang menjalani proyek sosial dengan melakukan pembinaan dan pengajaran wirausaha kepada para pemantan kusta di Kota Sitanala Tanggerang.

Nalacity Foundation sendiri merupakan program sosial yang terbentuk melalui Indonesia Leadership Development Program (ILDP) UI. Nalacity sendiri bukan sekedar melakukan proyek sosial namun juga merambah ke proyek kewirausahaan yang memang ditujukan untuk memberdayakan masyarakat yang berada di bawah kemiskinan dan penyandang difabel sehingga mereka bisa meningkatkan kehidupan yang lebih baik dan mandiri.

Tadinya Nalacity merupakan proyek yang diberikan oleh UI dan telah selesai, meski begitu Hafiza tetap meneruskannya hingga sekarang. Program sosiopreneur tersebut dilakukan oleh Hafiza di sebuah kota di tanggerang, bernama Sitanala.

Lulusan Keperawatan Universitas Indonesia tersebut memilih kota itu, karena disana memang terdapat sebuah rumah sakit khusus kusta bernama Rumah Sakit Sitanala. Pasien-pasien yang sudah dinyatakan sembuh ternyata tak mau kembali ke rumahnya, karena malu dan trauma pernah dikucilkan oleh masyarakat sekitanya karena memiliki penyakit kulit menular dan berakibat cacat permanen.

Hal tersebutlah yang menggugah Hafiza, untuk menolong OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) yang tinggal di Sitanala. Kebetulan ketika diriset oleh Fiza, para ibu-ibu OYPMK tersebut memiliki keahlian menjahit meski kondisi fisiknya tak lagi sempurna.

Bersama para mantan penderita kusta, Hafiza membuat sebuah produk kerudung manik yang saat ini memang sedang menjadi trend. Kerudung yang dibuat mereka, berasal dari kerudung berbahan paris yang kemudian dibuat pola yang unik dan dihias dengan manik yang berkilau sehingga terkesan elegan.

Diawal perjalanan tentunya tak mudah bagi Hafiza untuk mengajak para mantan penderita kusta untuk berwirausaha bersamanya. Karena saat itu mindset yang tertanam dibenak mereka. Karena saat itu yang dibenak mereka adalah diberi bantuan bukan disuruh berkerja. Namun lambat laun mindset itupun bisa berubah, karena Hafiza menanamkan bahwa kunci dengan berkerja maka taraf hidup akan meningkat. Tak mudah memang, namun itulah tantangan bagi Fiza karena dirinya tak ingin sukses sendirian namun mengajak orang lain yang kekurangan.

2. Yasa Paramita Singgih, Bangkrut Berulang Kali Tak Membuatnya Kapok, Justru Dia Mencoba Lagi

Terlahir dari keluarga yang kurang berada membuat, Yasa Paramitha Singgih sudah berwirausaha sejak masih berseragam putih biru. Tadinya Yasa seperti anak-anak lainnya yang hanya memikirkan bermain dan meminta uang jajan dari orang tua. Namun anak bungsu dari tiga bersaudara ini mulai berpikiran ingin membantu perekonomian keluarga ketika melihat sang ayah, Marga Singgih menderita penyakit jantung.

Saat itu usia Yasa baru 15 tahun, namun karena tak ingin membebani orang tua pria kelahiran Bekasi ini pun mulai berkerja di sebuah event organizer milik temannya. Yasa nekat menjadi pembawa acara padahal dirinya tak memiliki pengalaman untuk berbicara di depan umum. Namun karena terpaksa dirinya pun menjadi terbiasa. Di waktu bersamaan Yasa pun mencari peruntungan di bisnis online, namun sayangnya tak sesuai dengan harapan.

Ketika masuk SMA, kontrak Yasa menjadi pembawa acara selesai. Namun pemuda kelahiran 23 April 1995 ini tak ingin tinggal diam. Dia harus tetap membantu perekonomian keluarga.

Selepas kontrak menjadi pembawa acara selesai, tentunya Yasa tak ingin tinggal diam. Ia pun mulai berbisnis ikan hias warna-warni selama setengah tahun. Tak lama kemudian, Yasa yang baru saja membaca  buku The Power of Kepepet, karya Jaya Setiabudi membuatanya optimis untuk berbisnis secara mandiri.

Dirinya pun langsung menghubungi ayah temannya yang memiliki usaha konveksi. Yasa yang saat itu belum bisa desain nekad untuk mendesain kaosnya sendiri. Dalam waktu seminggu dia belajar desain dengan temannya, namun sayang dia belum juga mengerti. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk mendesain dengan Microsoft Word, dia pun mengirimkan hasil desainnya yang gambarnya Ir Soekarno ke konveksi. Saat itu dirinya optimis kaosnya akan laku, karena orang di Indonesia jumlahnya ratusan juta, kemungkinan pasti akan ada yang membeli minimal 24 kaos terjual pikirnya.

Namun sayang ternyata yang terjual hanya dua kaos. Itupun satu kaos ibunya yang membeli, karena kasihan melihatnya. Meski begitu Yasa justru merasa kaosnya tidak jelek dan karena rasa kepepet butuh uang dia justru jalan ke Tanah Abang untuk membeli kaos lagi hingga menghabiskan uang 4juta rupiah.

Sesampai di rumah, Yasa baru sadar bahwa kaos yang dibelinya banyak sekali dan kemana dia harus menjualnya. Namun karena kepepet dia pikir harus menjualnya hingga habis kalau tidak akan rugi besar. Dengan pedenya Yesa menawarkan kaosnya tanpa punya keahlian marketing khusus hanya modal kepepet. Namun untuk periode berikutnya dia pun sadar bahwa dia harus memiliki startegi khusus dan merencanakan secara matang untuk menjual kaosnya, tidak boleh hanya mengandalkan rasa kepepet.

Meski bisnis kaos sudah untung namun Yasa Singgih masih penasaran untuk mencoba peruntungan ke bisnis lain, yakni bisnis minuman yang dia berinama “ini teh Kopi” sebuah warung kopi yang menjual minuman kopi duren, Dan bisa dibilang usahanya sukses apalagi dia memang memiliki nama kedai kopi yang kala cukup dikenal. Selain itu Yasa juga membuka usaha lain yang dengan nama Mens Republic.  Yasa pun yang kala itu sedang mendulang sukses diwawancarai oleh sebuah majalah entrepreneur besar.

Meski bisnis kafenya sudah dikenal orang ternyata tak membawa keuntungan justru kerugian bagi Yasa. Hal tersebut dikarenakan dirinya kurang perhitungan dan perencanaan yang matang. Bahkan uang dari bisnis kaos Men’s Republic ikut terbawa, hingga usahanya ditutup begitu pula dengan kedua kedai kopinya. Yasa bangkrut, habis modal tanpa tersisa.

Saat itu Yasa rugi hingga ratusan juta, padahal usianya masih tergolong muda baru 18 tahun dan masih duduk dibangku SMA. Kerugiannya bertepatan dengan persiapan dirinya menghadapi ujian nasional. Sehingga dia pikir, lebih baik dia fokus untuk belajar dulu bukan membuka bisnis lagi, karena dia pernah mengalami tidak naik kelas saat duduk di bangku kelas 2 SMA hingga dia harus pindah dari Sekolah Favorit ke Sekolah biasa.

Ujian Nasional selesai, Yasa Singgih pun ingin segera melepas kerinduannya dalam berbisnis. Hingga akhirnya dia memulai kembali bisnis yang masih tersisa, yakni online shopnya yang bernama Mens Republic.Karena tak memiliki dana Yasa pun memulai bisnis tanpa modal. Beruntungnya saat itu dia bertemu dengan pemilik pabrik sepatu yang menitipkan 250 sepatu untuk untu dijual dalam waktu dua bulan.

Dalam waktu dua bulan, 250 sepatu harus habis terjual bagaimana caranya pikir Yasa. Akhirnya dia menggunakan jurus kepepetnya lagi. Namun kali ini dia tak mau asal menjual, dia menggunakan startegi agar tidak rugi lagi. Sebelum berjualan Yasa Survei pasar terlebih dahulu dan ternyata yang usaha online dirinya pengunjungnya rata-rata anak muda denngan isaran usia 15-25 tahun. Sehingga dia pun harus menyesuaikan harga produknya tidak boleh lebih dari Rp 500.000. Selain menjual sepatu Yasa pun mencoba peruntungan dengan menjual produk lain seperti jaket, sandal, pakaian bahkan celana dalam.

Beruntungnya Yasa berkerja sama dengan pabrik yang memasok kebutuhan utama merek terkenal seperti Yongki Komaladi dan Fladeo. Hingga dia pun mengikuti trik kedua merek tersebut, menggunakan merek sendiri meski yang buat bukan pabrik miliknya sendiri.

Dan ternyata usaha tersebut membuhkan hasi, produk Men’s Republic berhasil menjual 500 buah sepatu perbulannya. Sehingga dia mampu menghasilkan ratusan juta rupiah perbulannya.    Yasa juga mampu menghasilkan laba bersih hingga 40% dari pendapatannya perbulan. Kini Yasa tak ingin menggunakan startegi kepepet saja namun juga harus ada strategi yang matang sehingga bisnisnya tak lagi mengalami kebangkrutan.

Kini Yasa juga sering diundang untuk berbagi ilmu,, dia kini menjadi motivator bisnis pro .Baginya tak ada istilah muda untuk menjadi seorang milarder, dia pun membuktikannya dengan memulai usaha sendiri sejak usia 15 tahun dengan berkerja menjadi

3. Rangga Umara, Si Pendiri Lele Lela yang Pernah Diusir Dari Kontrakan

Pernah denger rumah makan Lele Lela? Rumah Makan tersebut kini laris di indonesia karena rasa lokalnya yang sesuai dengan lidah orang Indonesia. Bukan tanpa sebab Rangga mendirikan sebuah rumah makan berbasis air tawar tersebut.

Isu PHK besar-besran membuatnya dirinya harus membuatnya bissnis. Ia pun mendirikan sebuah rumah makan, sebuah usaha cadangan jika sewaktu-waktu dirinya diberhentikan. Meski belum pasti apakah harus diberhentikan namun keadaan perusahaan yang saat itu memang tidak sehat membuatnya nekad berhenti berkerja padahal saat itu dia berada di posisi sebagai manager.

Rumah Makan Lele Lela meski kini namanya sudah terkenal ternyata dulunya tak mudah untuk membangun bisnisnya. Apalagi Rangga memang tak ahli dalam memasak sehingga dia harus mengajak temannya yang pintar memasak untuk berkerjasama dengannya.

Bukan hanya itu, saat itu Rangga sebenarnya tak memiliki banyak modal untuk membuka rumah makan. Ia hanya memiliki uang tiga juta rupiah, namun dia tetap nekad mendirikannya  meski hanya tempat makan di pinggir jalan di daerah pondok bambu. Karena kekurangan modal Rangga harus menjual aset-asetnya mulai dari jam tangan. Handphone, hingga alat penggetar perut.

Alih-alih mendapatkan keuntungan Rangga justru buntung diawal mendirikan usaha ini sehingga dia bersama istri dan anaknya harus meninggalkan kontrakan karena tak mampu bayar. Keadaan ini bukannya menyurutkan Rangga untuk berwirausaha malah semakin membuatnya semangat. Dai ingin membangun Lele Lela dengan serius agar tak mengalami kebangkrutan.

Hingga akhirnya lulusan Sarjana Informatika dari salah satu perguruan tinggi Swasta di Bandung ini membuka kembali Lela Lela dengan menyewa sebuah warung sepi namun di kawasan yang lebih strategis. Dia menyewanya dengan sistem kerjasama yakni sistem setoran satu juta perbulannya. Hasilnya ternyata lebih memuaskan dalam waktu satu bulan Lele Lela mampu meraup keuntungan 3 juta perbulan dan nilainya kini bertambah naik seiring dengan bertambahnya gerai Lela Lela. Kini jumlah gerai Lele Lela berjumlah 42 yang tersebar di wilayah Indonesia dan satu cabang di Malaysia. Kini omzet Lele Lela sudah mencapaii 4,8 milyar perbulannya.

Ternyata kesuksesan Rangga dimulai dari tulisan-tulisannya tentang obsesi, ambisi dan impiannya, Sehingga dia pun mendapatkan energi positif dan motivasi dari apa yang ditulisnya. Dan kini selain Lele Lela yang sudah membuka kerjasama atau mitra, Rangga juga memulai untuk mengumpulkan tulisannya untuk menjadi sebuah buku motivasi yang bisa dijadikan inspirasi bagi mereka yang ingin berwirausaha.

4. Riezka Rahmatiana, Es Pisang Ijo adalah Usahanya yang ke Sembilan, Sedangkan ke Delapan Usahanya Gagal karena Pernah Ditipu dan Kekurangan Modal

Pisang Ijo yang kini sedang tenar di tanah air siapa sangka jika pencetusnya adalah seorang gadis muda. Riezka Rahmatiana, itulah namanya. Untuk memulai bisnis pisang Ijo tentunya tak semudah sekarang. Mahasiswa Lulusan Universitas Padjajaran tersebut mengalami banyak rintangan. Dan rintangan pertamanya adalah orang tuanya yang melarangnya untuk berwirausaha namun disuruh fokus untuk kuliah saja.

Namun karena pasionnya memang berbisnis, maka Riezka tetep kekeuh menjalankan bisnisnya. Dan sebenarnya es pisang ijo adalah bisnis ke sembilannya. Delapan bisnisnya terdahulu gagal hingga membuatnya bangkrut dan mendapat cemooh berulang kali. Mulai usaha Multi Level Marketing (MLM). Voucher pulsa hingga membuka cafe di Bandung telah dilakoninya.

Dalam bisnis yang dijalaninya tersebut Riezka bukannya mendapatkan keuntungan namun justru terlilit utang. Bahkan womenpreneur ini pernah ditipu oleh rekan kerjanya yang pernah mengajaknya kerjasama

Meski begitu wanita muda kelahiran 26 Maret 1986 ini tetap saja menjalankan bisnisnya. Bisnis yang pertama gagal, dia mencoba peruntungan ke bisnis berikutnya hingga ke sembilan kalinya ketika dia mencoba membuat bisnis yang dia beri nama Just Mine Pisang Ijo  tersebut baru dia bisa mendulang manisnya.

Usaha yang dia mulai dia akhir tahun 2007 ini dikembangkannya dengan cara menambahkan pisang ijo makasar yang hanya berbungkus terigo berwarna hijau pandang plus lamuran via ditambahkan dengan sirup sebagai pemanis dan juga ada yang ditambahkan dengan bubursumsum dan es batu.

Dan kini Just Mine Pisang Ijo sudah dikelola dibawah naungan CV Ezka Giga Pratamayang yang bukan hanya dikelola Riezka namun juga suaminya Erwin Burhanudin. Kini just mine pisang Ijo sudah menghasilkan omzet hingga 850juta dan sudah mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak mulai dari Best UKM Award bidang on Spirit of Enterpreneurship 2010, The Best Start Up Franchise 2011 kategori usaha, Kategori  favorite pilihan pembaca Elshinta 2012, 50 Best Bisnis Pilihan Investor 2012 Majalah Investor 2012, Best Franchise Choice 2012.

5. Victor Giovan Raihan, Memulai Usaha Teh Kempot Karena Iseng

Menjadi seorang pengusaha sebenarnya tak pernah terpikir oleh Victor Giovan Raihan yang saat itu baru berusia 18 tahun. Usahanya yang dia beri nam teh kempot awalnya hanya keisengannya dalam meracik sebuah teh yang kemudia dia campur dengan susu fermentasi atau yoghurt. Ternyata hasil eksperimen tersebut justru disukai oleh teman-temannya.

Raihan pun berpikir mengapa tidak dijadikan usaha saja, karena ternaya banyak yang menyukai teh racikannya. Victor pun memutuskan untuk serius dalam berbisnis tersebut, mulai dari meracik, menata outlet hingga memberi brand pada bisnis minumannya yang cepat saji.

Selain minuamn racikannya sebenarnya raihan memiliki bisnis lain seperti bisnis bakso mercon namun ternyata bisnis teh kempot lebih banyak menghasilkan. Dari bisnis teh kemasan tersebut Raihan  bisa mendapatkan keuntungan hingga 350 persen sedangkan jika kuliner bakso mercon hanya mendapatkan keuntungan 100 persen.

Pemuda kelahiran 26 September 1994 ini meracik teh kempot dengan cara membeli daun teh setengah matang kemudian dia campur dengan susu ferementasi atau yoghurt setelah itu dia tambahkan dengan rasa seperti starwbery, coklat dan lemon.

Anak sulung dari dua saudara ini membangun usaha ini dengan modal tiga juta rupiah yang dia dapat dari orang tuanya. Kini bisnis yang dibangunnya sudah berkembang pesat hingga dia sudah memiliki 10 gerai dan 17 outlet yang telah dikelola oleh rekan bisnisnya yang tersebar diberbagai sudut kota mulai dari Palembang hingga Jakarta. Kini berkat usahanya Raihan sudah bisa membuka lapangan pekerjaan untuk karyawan.

Dan untuk saat ini usahanya bisa menghabiskan 20kg daun teh kering yang bisa dibuat menjadi 70 gelas dann dengan 4 kg perharinya setiap outlet. Sedangkan untuk harga jual Rp2000-2500 dengan kemasan 250ml. Dan kini usahanya sudah Raihan Waralabakan, sehingga bagi yang ingin membuka usaha teh kempot bisa menjadi mitra usahanya.

Nely Merina
Nely Merina
Mengawali karir dari lembaga Pers Mahasiswa. Bergabung denga tim riset untuk menulis berbagai buku. Hobi Photography punya Moto Hidup “Berbagi itu Kesenangan”
RELATED ARTICLES