5 Startup Pertanian yang Mempermudah Akses Modal dari Investor ke Petani

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan ekonomi Tanah Air. Kontribusi pertanian pada pertumbuhan ekonomi selama tahun 2016 cukup signifikan. Pada kuartal IV/2016 sektor ini berhasil memperoleh 0.58%, jumlah ini naik dibandingkan pada kuartal I/2016 yang hanya 0.19%. Meskipun begitu, kesejahteraan petani masih sulit didapatkan. Berbagai kendala sering dihadapi oleh para petani di beberapa daerah. Masalah terberat yang kian kali muncul adalah sulitanya mendapatkan akses modal untuk petani.

Lahan pertanian yang relatif kecil dan tidak memiliki sertifikat menyebabkan petani sulit mendapatkan pembiayaan formal yang jauh lebih mudah dan efesien dibandingkan melalui rentenir. Oleh karena itu akses permodalan untuk petani perlu dikembangan. Pemerintah pun sudah lama tergerak untuk menyelesaikan persoalan ini dengan memulai berbagai program, seperti koperasi simpan pinjam, Dana Desa dan juga KUR untuk petani.

Namun tidak cukup sampai di sana saja, perlu ada skema-skema pembiayaan lain yang harus terus dikembangkan agar kesempatan petani untuk mendapatkan akses permodalan kian mudah dan cepat. Inilah yang dilakukan oleh beberapa startup di tanah air seperti Growpal, Sawah Kita, dan Crowde. Mereka hadir sebagai solusi untuk para petani agar mendapatkan permodalan dari investor. Bagaimana mekanisme layanan dari startup-startup pertanian tersebut?

Crowde

Crowde adalah platform investasi bersama di bidang agrikultur yang membuka peluang pemiliki modal atau investor untuk berinvestasi dalam bidang tersebut. Model bisnis Crowde hampir sama dengan platform investasi lainnya. Untuk investor mereka bisa terlibat dalam satu proyek dengan dana minimal Rp 10 ribu. Sedangkan untuk sistem profitnya, Crowde bekerja dengan sistem bagi hasil syariah. Langkah ini dinilai adil untuk investor dan juga petani itu sendiri.

Sistemnya seperti ini, contoh saja seorang investor melakukan investasi sebesar Rp 10 ribu. ketika suatu proyek untuk 10% maka imbal hasil yang diberikan ke investor adalah Rp 11 ribu. namun ketika petani merugi 5% maka imbal hasilnya menjadi Rp 9.500. Sementara untuk monetisasi, Crowde menggunakan sistem komisi sebesar 3% untuk setiap proyek yang berhasil didanai sesuai kebutuhan.

Setiap proyek-proyek yang masuk sebelumnya terlebih dahulu diseleksi oleh pihak Crowde. Selain itu, mereka juga menerapkan beberapa persyaratan utama yang harus dimiliki para petani, seperti harus memiliki pengalaman di bidang yang ingin diajukan, ada pasar untuk berjualan, dan hanya memerlukan dana untuk mengembangkan usahanya. Setelah itu, untuk pemilihan proyek sebelum mereka layak mendapatkan investasi, Crowde melakukan analisa risiko. Mulai dari risiko penanaman hingga fluktasi harga dan pasar.

Sedikitnya sudah ada 350 petani dan 1000 orang investor yang sudah bergabung dalam portal ini. Kurang lebih sudah ada puluhan ribu tampil di halaman Crowde. Proyek-proyek tersebut tidak hanya di bidang agrikultur saja, tapi sudah bergerak ke sektor perikanan, peternakan, hingga trading.

Iwak.Me

Startup yang didirikan oleh 5 mahasiswa UGM ini menawarkan platform investasi bersama khusus untuk bisnis ikan air tawar secara digital. Program pemberdayaan ini berawal dari kondisi perekonomian masyarakat kota Nganjuk yang memprihatinkan. Sehingga membuat Hestyriani Anisa, Ade Armyanta Yusfantri, Anggita Arum Pertiwi dan Rian Adam Rajagede membuat program pemberdayaan masyarakat melalui budidaya ikan air tawar yang mereka beri nama Iwak.me. Mereka menjalankan startup ini dimulai sejak Juli 2015, dengan tidak hanya memberikan permodalan dari investor untuk pengusaha ikan air tawar tapi juga memberikan edukasi untuk mereka.

Selain memberikan askes permodalan, Iwak.me juga memudahkan investor untuk memantau bisnis ikannya secara online. berbagai data seperti laporan keuangan, serta kerugian proyek pun bisa diakses secara real-time melalui situs www.iwak.me.

Mengenai keuntungan yang diperoleh investor, Iwak.me menggunakan sistem bagi hasil sebesar 40% dari keuntungan bersih tiap panen, dengan estimasi 3-4 bulan. Namun untuk besarnya minimal investasi Iwak.me mempatok sebesar Rp 150.000.

Sistem permodalan yang dibesut oleh Iwak.me cukup sederhana setelah investor masuk, Iwak membudidayakan ikan melalui 2-3 kolam di keluarga petani. Pada setiap tahapan budidaya, petani didampingi dan diawasi oleh tim ahli dibidang perikanan. Apabila sudah masuk masa panen maka hasilnya akan dijual kepada pedagang berskala besar dan keuntungan penjual dibagi kepada investor, tim manajemen dan petani.

Total kini sudah ada 14 petani yang diberdayakan oleh Iwak.me. Sementara apresiasi dari para investor pun tidak terbendung kini sudah mencapai 300 investor yang tercatat sebagai pemberi modal untuk petani. Dari informasi terbaru dari situsnya Iwak.me sudah memenuhi batas kuota investasi, dan bagi investor yang ingin berinvestasi harus masuk wating list terlebih dahulu.

Growpal

Startup yang memberikan akses modal untuk petani selanjutnya adalah Growpal. Growpal merupakan startup di bidang financial technology, sebagai jembatan untuk mempertemukan pemilik modal sponsor, pemilik lahan, dan petani ikan laut dan pembeli hasil panen di bidang agribisnis perikanan. Satartup ini dapat membuktikan eksistensinya di ranah international. Melalui bisnis rintisan inilah komoditas ikan kerapu dan udang bisa eskpor ke luar negeri.

Dilansir dari Liputan6.com rata-rata Growpal sebulan mampu mengeskpor kerapu hingga 400 ton dan udang hingga 50 ton. CEO Growpal Achmad Rizqi mengatakan pihaknya sejak awal tahun ini sudah menerima dana dari investor sekitar Rp 3 miliar. Untuk pasar ekspor primer mereka ada di semua kawasan negara di Asia tenggara dan sisanya dalam jumlah kecil di Hongkong serta Amerika Serikat.

Untuk sistem pembagian keuntungan, Growpal juga menerapkan sistem bagi hasil dari untung bersih. bagi hasil dibagikan kepada para anggota yaitu pengelola sebesar 35%, sponsor 55% dan independent surveyor/agent dan administrator grow pal sebesar 10%. Namun ketentuan ini bisa saja berubah tergantung kesepakatan bersama. untuk komoditas ikan/udang yang lainnya yang per musim akan diperhitungkan juga kasus per kasusnya tergantung dari jenis komoditasnya.

Besaran investasi yang bisa disalurkan oleh penanam modal dan sponsor sekitar Rp 20 juta untuk ikan kerapu dan Rp 200 juta utuk udang. Tingkat return of investment (Rol) diklaim paling tinggi dari fintech sejenisnya yaitu sekitar 35-50%.

iGrow

Platform ini diinisasi oleh stratup Center dan Badr Interractive yang diluncurkan pada akhir tahun 2014 yang memiliki visi untuk membatu petani lokal, pemilik lahan yang belum optimal diberdayakan, dan para investor untuk berkolaborasi bersama untuk membangun perekonomian agribisnis. Di sini iGrow tidak hanya menjadi platform untuk mempertemukan petani, pemilik modal dan lahan saja namun juga mengidentifikasi tanaman yang punya kebutuhan tinggi di pasar, stabilitas harga dan karakteristik yang baik. Sehingga ini akan menguntungkan bagi pihak manapun.

Model bisnis dari iGrow mereka mengibatkan seperti bermain game Farmville, di mana investor sebagai pemain dan karakter di dalamnya adalah petani. Maka penginvestor tidak hanya bisa melihat investasi mereka tapi juga bisa merasakan senangnya menumbuhkan dan melihat perkembangan tanaman yang mereka danai melalui platform iGrow.

Startup yang berhasil mendapatkan penghargaan Champion dari Pemersatu Bangsa Bangsa (PBB) dalam kompetisi global The World Summit on The Information Society untuk kategori inisiatif karya bangsa Indonesia ini tidak secara khusus menentukan minimal modal yang bisa diinvestasikan. Hal ini tergantung pada apa yang ingin disponsori oleh investor. Umumnya terdiri dari biaya sewa tanah jangka panjang, biaya bibit, biaya pemeliharaan dan obat-obatan yang terkait bila dibutuhkan.

Sedangkan untuk besarnya hasil yang akan didapatkan Investor, Igrow memberlakukan sistem bagi hasil, 40 % untuk pemilik lahan KKP, 40 % pengelola atas pekerjaannya sejak menanam sampai pohon panen dan pengelolaan pohon ketika berbuah dan 20% untuk pekerjaan supervisi dan administrasi – yang terdiri dari supervisor independent dan administrator iGrow.

sampai saat ini untuk di pasar Indonesia, iGrow telah berhasil memberdayakan lebih dari 2200 petani di 1197 hektar lebih lahan dan memperoleh lebih dari 500 ton panen kacang tanah yang berkualitas. Hasil panen tersebut pun didistribusikan ke industri-industri besar seperti GarudaFood, Carrefour dan sebagainya.

Eragano

Bisnis rintisan yang dikepalai oleh Stephanie Jesselyn dan Aris Hendrawan hadir sebagai solusi pertanian dari hulu ke hilir secara online yang pertama dan satu-satunya bagi petani rumah tangga atau plasma. Mulai beroperasi sejak Oktober 2015, Eragano sudah membantu lebih dari puluhan petani dan mengelola lebih dari 19 hektar lahan di Pengalengan dan Lembang, Jawa Barat.

Eksistensi startup ini di bidang agribisnis sangat diapresasi. Bahkan tahun lalu, Eragano berhasil mendapatkan pendanaan awal dair East Ventures, yang mereka gunakan untuk memperbesar tim dan mengakselerasi pengembangan teknologi dan marketplacenya. Bahkan sebelum mendapatkan suntikan modal itu, Eragano telah dinominasikan di Appcelerate.

Apa layanan yang diberikan oleh Eragano? Eragano membangun platform untuk membantu petani terkoneksi dengan fasilitas pinjaman mikro (micro loan). Tapi tidak hanya sampai di sana saja, Eragano juga ikut berkontribusi untuk menjual komoditas pertanian tersebut dengan harga terbaik ke beberapa restoran, hotel dan juga perusahaan di bidang lainnya yang membutuhkan komoditas tersebut.  Juga membantu para petani untuk bisa mengikuti cara budidaya berdasarkan riset pembudidayaan yang benar.

Sementara permodalan, petani bisa mengisi formulir pada aplikasi Eragano. Kemudian tim mereka akan memfasilitasi petani untuk mengurus perjanjian secara offline, dengan menetapkan berapa modal yang dibutuhkan dan bagaimana sistem permodalannya. Sampai saat ini Eragano sudah melayani petani yang membutuhkan pendanaan dengan dukungan permodalan dari perbankan.

Agar dapat diakses dengan mudah, Eragano sudah mengembangkan aplikasi mobile yang bisa diakses melalui smartphone dengan sitem OS Android. Untuk para petani, aplikasi ini berguna unruk membantu masalah yang sering dihadapi petani seperti membeli kebutuhan bertani, pinjaman dan asuransi, serta menjual hasil panen. Adapun bagi hasil margin yang ditetapkan tergantung dari jumlah pengambilan barang yang dilakukan.