Di Tengah Heboh Pelanggan Holycow Gigit Kecoa, Sejenak Kita Simak Kisah Sukses Afit Dan Lucy Perkenalkan Steak Wagyu Dengan Harga Kaki Lima

kisah holycow steak

Holycow beberapa tahun belakang ini sangat dikenal oleh banyak orang, teruatama masyarakat kota Jakarta. Bagaimana tidak, restoran yang memiliki menu utama steak wagyu ini menawarkan harga yang bisa dibilang cukup ekonomis dibandingkan restoran steakhouse lainnya. Tak ayal, banyak pelanggan yang rela mengantre agar dapat mencicipi wagyu lezat ala Holycow Steakhouse. Bicara tentang steak wagyu, apa sebanarnya wagyu? Wagyu berasal dari kata Jepang yang artinya adalah sapi Jepang. Pengertian Wagyu ini mengacu pada beberapa jenis sapi Jepang yang secara genetik punya marbling lebih banyak dari sapi lainnya. Sapi spesial ini juga diternakkan dengan cara yang spesial agar dagingnya makin berkualitas. Jadi kalau Anda pernah merasakan steak wagyu teksturnya lebih kenyal lembut dan juicy. Harga daging wagyu ini pun berbeda-beda tergantung ragam marblingnya.

Di Indonesia pelopor yang menawarkan menu ini dengan harga yang terjangkau adalah Holycow. Pasangan suami-istri Afit Dwi Purwanto dan Lucy Wiryono ini adalah orang dibalik kesuksesan Holycow dari hanya warung kedai, hingga kini memiliki beberapa cabang di Jakarta, Surabaya, Bali, Makasar, Yogyakarta dan Malang. Kesuksesaan Afit dalam membangun bisnisnya ini tidak langsung terukir 1-2 hari, banyak perjalanan pahit dan kendala dibaliknya, salah satunya adalah tidak adanya restu orang tua. Tekad Afit yang ingin menjadi seorang pengusaha kala itu harus ditentag oleh Ayahnya sendiri. Sebab Ayahnya ingin ia menjadi karyawan dengan gaji yang pasti.

Baca Juga : Muda, Sukses di bidang teknologi

Tapi hal tersebut tidak membuatnya mundur untuk menjadi seorang pengusaha. Sehingga perjalanan Afit menjadi seorang entrepreneur di mulai dengan merintis usaha kaos distro sablonan saat ia masih menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Meskipun usaha tersebut sempat mendapatkan respons yang positif, namun Afit mengakaui bahwa ia masih kurang mampu untuk memanajemen keuntungan yang diadapatkan, ditambah lagi faktor gaya hidup membuat bisnis yang dirintisnya perlahan meredup.

Pada tahun 2009 lah akhirnya ia mulai memutuskan untuk kembali berbisnis, kali ini ia bersama sang istri Lucy mencoba peruntungan di bisnis kuliner. Pilihannya menjalankan bisnis ini disebabkan karena hobi keduanya yang gemar mencicipi kuliner steak dan kegemaran istinya mengolah masakan sehingga terbentuklah Holycow. Tapi kebanyakan menu ini dibandrol dengan harga yang mahal, sehingga keduanya pun memiliki ide untuk memasyarakatkan steak wagyu dengan harga yang terjangkau.

Dengan membuka warung pertama di bilangan Radio Dalam, yang letaknya bertepatan di depan bengkel kaca mobil Afit, Lucy, dan rekannya mulai menajajakan menunya. Terbukti banyak sekali konsumen yang penasaran dengan wagyu buatan mereka. Setelah  berselnag 3 bulan, bisnis Holycow-nya sudah balik modal dan pada bulan ke 6 Afit dan istri mulai mencoba untuk membuka tempat permanennya yang terletak di Senopati.

Strategi Marketing Menggunakan Media Sosial

Bertanggung jawab sebagai Marketing & communication Manager, Lucy mengatakan bahwa tidak ada strategi khusus yang berlebihan dalam menjalankan bisnisnya tersebut. Namun ia mengakui bahwa selama ini ia memanfaatkan media sosial sebagai media untuk promosi dan memperkenalkan produknya pada khalayak. Dengan bantuan Facebook dan Twitter, Lucy mencoba untuk menjaring konsumen dengan men-share berberapa menu yang mereka sajikan.

Selain itu, media sosial tersebut juga digunakan untuk berinteraksi dengan konsumen, di mana Holycow sering mengadakan kuis berhadiah untuk konsumen Holycow. Seperti kuis berhadih Smartphone untuk pelanggan yang berhasil mengumpulkan bendera Holycow terbanyak.

Baca Juga : 15 Usaha sampingan Karyawan Menguntungkan 

Sejauh ini untuk strategi marketing Lucy mengatakan, kegiatan marketing yang ia lakukan tidak ingin terkesan murahan, tidak terlalu hard selling, dan tentunya dapat menarik orang-orang untuk datang. Jadi bila Anda melihat timeline Twitter atau Facebook Holycow, terkesan lebih santai dan tidak melulu promosi. Karena menurut Lucy orang-orang di media sosial bila terus dicekoki dengan promo lama-kelamaan akan bosan, jadi tidak hanya postingan promo saja tapi juga diselingi dengan topik sehari-hari atau yang sedang tren.

Holycow Pecah Kongsi

Pada awal tahun 2012 kendala mulai dirasakan oleh Afit, Lucy dan rekannya. Saat itu, mereka harus sepakat tidak lagi bekerja sama dan memutuskan untuk membersarkan merek Holycow dengan terpisah. Langkah ini terpaksa diambil karena sudah tidak ada kesamaan visi dan misi diantara mereka. sehingga diputuskanlah untuk melakukan pemisahan secara professional dengan menggunakan jasa mediator dan notaris agar pembagian kepemilikan saham tercatat sah.

Setalah itu, nama Holycow dipertegas dengan tambahan nama si pemilik yaitu Holycow Steakhous by Chef Afit. Begitu juga untuk sebutan gerai Holycow, yang mulanya terkenal dengan TKP (Tempat Karinivora Pesta) menjadi CAMP (Carnivores Meat-ing Point). Dan untuk meningkatkan brand awareness, Afit dan Lucy menggunakan media sosial untuk mengadakan sayembara pembuatan logo. Di mana langkah ini untuk mempertegaskan brand yang mereka miliki dan agar konsumen aware dengan brand mereka dan menjadi bagian dari kelahiran Holycow yang baru.

Nyatanya Lucy dan Afit berbsinis bukan hanya untuk mencari keuntungan semata, mereka mengakui bahwa keberhasilannya ini juga ada andil para karyawan yang loyal. Bagi kedua pemilik Holycow Steakhouse ini nasib karyawan adalah amanah yang harus mereka jaga. Maka dari itu saat dinayatakan berpisah, ia memberlakukan sistem kerja shift yang lebih pendek dan ekstra libur yang lebih panjang untuk 28 karyawan yang memutuskan untuk ikut bersama mereka.

Tidak hanya itu, ia juga memperhatikan kesejahteraan katyawannya dengan memberikan gaji 25% lebih tinggi dari pasaran. Dengan begitu, karyawan pun akan lebih semangat dan betah bekerja dengannya. Dan buktinya sedikit sekali karyawan yang mengajukan pengunduran diri dan sampai saat ini lebih dari 100 orang bekerja di setiap cabang Holycow Steakhouse miliknya. Afit mengatakan sebagai seorang pebisnis ada kebanggan tersendiri bisa membantu orang lain lewat bisnis yang ia rintis. Apa lagi melihat beberapa karyawannya bisa melanjutkan pendidikan atau membeli motor bahkan ada yang berinvestasi dengan membeli tanah selama menjadi karyawannya. Ini artinya ia berhasil mensejahterakan kehidupan orang lain.