CiprutCraft, Hobi yang Berbuah Uang

ciprutcraft

Awalnya CiprutCraft hanyalah sebuah hobi, Siti Aisyah untuk mengisi waktu luang di sela-sela penatnya pekerjaan. Ketika itu dia berkerja sebagai karyawan di suatu perusahaan makanan, Garuda Food. Namun dia merasa pekerjaan yang dia lakoni bukanlah fashionnya. Hingga Ayis merasa ada yang hilang tapi tak tahu setiap dia menjalani pekerjaanya.

Terbersitlah keinginan untuk mengubah rutinitasnya yang selalu terhalang oleh aturan perusahaan. Ayis berpikiran untuk resign. Namun dia takut jika dia berhenti berkerja dari mana dia akan memperoleh penghasilan. Untungnya Ayis panggilan kecilnya memiliki hobi membuat kerajinan tangan (craft). Dia pun mulai mencari tahu peluang usaha dari kerajinan tangan. Dan ketika dia membrowsing di internet ternyata usaha craft sepertinya menjanjikan.

ciprutcraft

Dia pun memutuskan keluar dari pekerjaanya dan memulai membuka usaha sendiri. Dengan bermodalkan dua juta rupiah dia memulai usaha craftnya dengan branding CiprutCraft yang berasal dari gabungan Ciprut dan Craft. Ciprut adalah panggilan ayis ketika di kampus sedangkan Craft berarti kerajinan tangan.

Usaha yang dimulai tiga tahun lalu ini merupakan usaha mandiri yang yang membuat kerajian tangan  mulai dari boneka, souvenir, pouch cushion pillow, sampai ke tas buatan sendiri. Produk utama CiprutCraft sendiri adalah Plushie, dimana satu karakter hanya dibuat satu boneka. Ini menjadikan tiap plushie CiprutCraft berbeda dan satu-satunya. Selain itu, di waktu-waktu tertentu usaha kerajinan tangan ini juga menyediakan layanan pemesanan plushie sesuai permintaan konsumen.

ciprutcraft

Sebuah usaha kreatif yang dijalani di Jalan Professor Haji Agus Salim, Kaliawi Bandar Lampung ini memiliki produk utama seperti boneka plushie, tas, aksesoris dan kerajinan handmade lainnya. Bahan utama yang digunakan adalah kain katun, flanel, blacu, pita dan jenis kain lainnya

Gerobak Kreatif Menjadi Impian

Sehingga ke depannya  wanita kelahiran  26 September 1988 ini memiliki tiga rencana jangka panjang dalam menjalani bisnisnya yaitu  penjualan offline untuk mengukuhkan posisinya yaitu dengan memiliki toko atau sendiri, agar konsumen dapat melihat langsung produknya.

Diawali dengan adanya semacam “gerobak-kreatif” yang bertempat di Mall. Karena target marketnya adalah remaja dan dewasa dari kalangan menengah ke atas, yang banyak menghabiskan waktu luangnya di situ. Setelah setahun, dimana harapannya brand CiprutCraft sudah dikenal, baru memilih untuk punya toko sendiri. Nantinya di toko tersebut, selain menjual produk, juga ada bahan-bahan dan alat untuk craft, karena sampai saat ini, susah untuk mencari bahan dan alat.  Sehingga harus membeli bahan dan alat di luar kota.

Kedua akan menggencarkan promosi Ini yang dirasa sangat kurang dilakukan di CiprutCraft selama ini. Kekurangan modal terutama untuk mengikuti event-event, yang banyak diadakan di luar kota, seperti InaCraft dan HelloFest di Jakarta, Craftyday di Bandung, Jogja Craft Expo di Yogyakarta, dan lainnya, membuat branding CiprutCraft belum maksimal.

ciprutcraft

Hal ini perlu mendapat perhatian lebih, dimana produk craft cenderung memiliki pasar yang segmentif. Selain itu, keberadaan website dengan domain.com memiliki nilai tersendiri di dalam penjualan online. Ini juga yang akan dilakukan CiprutCraft kedepannya. Bahwa masih minimnya penghargaan terhadap karya handmade oleh masyarakat luas, membuat craft menjadi sesuatu yang belum dilirik. Dengan promosi dan penyebaran informasi yang masif, diharapkan dapat mengatasi hal ini.

Terakhir Ciprut Craft ingin melakukan peningkatan kualitas produk. Dalam hal ini, bahan yang berkualitas susah didapat di daerah CiprutCraft berada. Biasanya menunggu modal terkumpul cukup banyak, baru kami berani belanja bahan di luar kota. Mesin jahit, sebagai alat utama dalam berkarya, turut mempengaruhi produk. Untuk itu perlu peningkatan dengan membeli mesin yang layak.

Meski  banyak halangan bukan berarti membatasi CiprutCraft tetap berkarya. Minim fasilitas justru membuat CiprutCraft kreatif sehingga usaha yang dimulai sejak tahun 2012 ini telah berhasil menghasilkan omset 16 juta/tahun dengan pertumbuhan rata-rata perbulannya adalah 28,6%.

Pemasaran Hingga Ke Jerman

Dukanya dalam menjalankan bisnis ini ketika ada yang mengatakan bahwa harga hasil karyanya terlalu mahal. Padahal itu tak sebanding dengan usahanya dalam mencari ide atau begadang hingga larut malam untuk mengerjakannya.

Sehingga Ayis merasa kurang dihargai hasil karyanya. Meski begitu istri dari Muhammad Reza ini selalu berpikir positif bahwa handmade memang belum familiar apalagi di kota kelahirannya, Lampung. Sehingga memang wajar jika kurang dihargai.

ciprutcraft

Selain itu ada juga yang jika menawar harga hingga kemurahan hingga tak jadi dia jual. Karena memang tak balik modal, jika menghitung dari harga bahan, ide, dan jasa pembuatan. Bahkan Pernah juga ada yang sudah memesan tapi tidak diambil pesanannya padahal sudah dibuatkan. Dan ada juga yang membeli namun tidak membayar.

Meski begitu Ayis tetap berpikir positif,kerugian demi kerugian dialaminya justru membuat orederannya meningkat. Dan kini CiprutCraft melebarkan sayapnya hingga mancanegara melalui dunia maya, Instagram, Facebook dan Twitter. Yang pemesannya dari kota Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogjakarta, Kalimantan Timur, Batam, Belanda, Australia, Perancis hingga Jerman.

Sehingga membuat wanita yang sebentar lagi melahirkan ini tak menyesal untuk resign dari pekerjaan dulu, Karena ternyata menghasilkan uang tak mesti berkerja di sebuah perusahaan. Karena dengan menjalankan hobinya di rumah pun bisa menghasilkan uang.